Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Harga Gabah saat Panen Raya Bervariasi, Berikut Penyebabnya!

30 Maret 2022   12:59 Diperbarui: 30 Maret 2022   18:25 1515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gabah siap timbang oleh tengkulak pada waktu malam.| Dokumentasi pribadi Sri Rohmatiah

Harga gabah pada bulan Maret anjlok dibandingkan pada bulan Januari. Hal ini sesuai prediksi dari Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) pada awal Januari 2022 lalu.

Naik turunnya harga gabah dari dulu sebenarnya sudah bisa diprediksi karena ada polanya. Misalnya pada musim panen, Maret, Juli harga gabah anjlok karena musim panen.

Bulan Desember dan Januari harga gabah naik karena bulan itu bukan masa tanam atau panen. Stok gabah di tingkat petani minim. Sementara kebutuhan masyarakat akan beras tiap bulannya banyak.

Menurut ketua Perpadi di laman kontan.com, Sutarto, setidaknya dibutuhkan 2,7 juta ton beras tiap bulannya untuk mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia.

Kurangnya produksi beras juga disebabkan beberapa daerah gagal panen karena faktor cuaca, air yang minim. 

Sebenarnya musim tanam padi dalam satu tahun ada dua kali panen. Musim tanam ketiga adalah palawija. Walaupun sudah ada sebagian yang melakukan apitan (tanam ketiga bukan palawija, tetapi padi), kebutuhan beras belum tercukupi.

Alasan inilah yang harga gabah di tingkat petani tidak menentu. 

Perlu diketahui juga setiap panen harga gabah tidak sama antara petani satu dengan petani lain. Sebagai contoh saya menjual gabah dihargai Rp4.550 per kilogram, petani lain dihargai rendah dengan jenis gabah yang sama.

Padi siap panen| Dokumentasi pribadi/ Kartikawati
Padi siap panen| Dokumentasi pribadi/ Kartikawati

Perbedaan harga gabah dipengaruhi beberapa faktor

1. Jenis Gabah/Padi

Ada banyak varietas benih padi di pasaran yang bisa ditanam petani, seperti, jenis INPARA, INPARI, HIPA. Jenis benih padi harus disesuaikan dengan lahan pesawahan. Di daerah saya, lahannya cocok ditanami jenis INPARI.

INPARI singkatan dari Inbrida Padi Sawah Irigasi. Benih padi unggul ini sangat cocok apabila dikembangkan di lahan persawahan biasa. Tingkat homozigositasnya atau kemurnian galur padinya sangat tinggi karena melalui proses penyerbukan sendiri.

Pada tahun 2019 dan 2020 diluncurkan INPARI 48 Blas, INPARI 45 Dirgahayu. Namun, yang digalakkan di daerah saya adalah INPARI 16 dan 42.

INPARI 16 yang masa tanamnya 103 hari diperkirakan menghasilkan panen 8 ton/ha. Memang sangat sedikit jika dibandingkan hasil dari INPARI 42 yang diperkiraan mendapat hasil 10 ton/ha.

Walaupun hasil dari INPARI 42 banyak, tetapi masih kurang diminati petani pada musim tanam kesatu ini. Hal itu kerena harga jual yang rendah, misalnya dari hasil 10,58 ton/ha, harga jualnya gabah basah Rp4.200 per kilogram. Sedangkan INPARI 16 harga per kilogramnya Rp4.450 hingga Rp4.550.

2. Kualitas gabah

Kualitas juga memengaruhi harga gabah. Untuk mendapatkan hasil panen yang sesuai standar Bulog tentunya harus ada perawatan, mulai dari pengairan, pupuk, obat hama.

Setiap jenis padi perawatannya akan berbeda karena memiliki karakter yang tidak sama. Misalnya benih INPARI 42, benih ini mudah perawatannya dan tahan terhadap penyakit blas daun ras (busuk leher) yang disebabkan oleh jamur. INPARI 42 juga agak tahan terhadap hama wereng batang coklat biotipe 1 dan agak rentan terhadap biotipe 2 dan 3, rentan terhadap virus tungro varian 033 dan 073.

Walaupun mudah perawatannya jika salah atau tidak tepat dalam pemupukan akan mengurangi hasil panen. Biji padi yang kurang berbobot akan terlihat kusam, ringan ketika ditimbang

Seorang tengkulak akan tahu mana gabah jenis INPARI 42, 16 atau jenis lain. Secara acak gabah yang sudah di dalam karung akan ditusuk dengan alat khusus untuk dilihat kualitasnya.

3. Adanya Calo dan Tengkulak

Pertanian di desa tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan calo dan tengkulak karena petani tidak bisa tembus Bulog langsung. Hal ini sering kali harga gabah anjlok, petani pun tidak bisa menentukan harga walaupun hasil panen bagus.

Kita bedakan dulu apa itu calo dan tengkulak.

Calo 

Seperti calo lainnya, calo gabah bukan orang yang membeli, dia hanya pelantar ke tengkulak. Menjelang panen calo akan mepet petani, dia telepon, chat menawarkan harga baik. Namun, tidak semua petani mendapat harga jual yang sesuai Harga Pokok Pemerintah (HPP). 

Terkadang saat gabah akan dinaikkan ke atas truk, harga sudah disepakati pun masih terjadi tawar menawar harga.

Tawar menawar harga biasanya dari orang yang dibawa calo. Banyak alasan untuk menggebrak petani agar harga turun, mulai gabah kurang bagus, jenis tidak pasaran, kurang kering. 

Ini sering kali membuat petani tidak bisa bilang apa-apa selain "Ya". 

Jika yang dijual gabah kering, petani bisa menolak dan mencari calo lain. Jika gabah basah, posisi gabah di pinggir jalan, suasana sudah sore/malam. Selain ya apa lagi jawaban yang tepat karena sejak pagi sudah capek menunggu tengkulak datang. Kondisi malam juga tidak memungkinkan mendapat tengkulak baru.

Gabah siap timbang oleh tengkulak pada waktu malam.| Dokumentasi pribadi Sri Rohmatiah
Gabah siap timbang oleh tengkulak pada waktu malam.| Dokumentasi pribadi Sri Rohmatiah

Tengkulak

Tengkulak merupakan pihak yang membeli hasil panen dari petani. Keterlibatan tengkulak juga bukan hanya terletak sebagai pembeli, tetapi tengkulak juga memiliki peran penting sebagai penyedia modal bagi petani. Peran-peran tengkulak yang beragam menyebabkan petani memiliki ketergantungan.

Misalnya petani Fulan, dia meminjam modal dari tengkulak B, secara otomatis Fulan akan menjual hasil panen kepada tengkulak B. Tengkulak B sering kali membeli hasil panen dengan harga di bawah harga calo.

Ketergantungan tersebut ditimbulkan oleh adanya hubungan sosial yang bersifat solidaritas dan bersimbiosis sehingga petani tidak dapat keluar dari ikatan tersebut. 

Tengkulak juga memainkan peran yang besar dengan membentuk jaringan dengan berbagai pihak mulai dari petani hingga pedagang. Ketergantungan ini ditandai oleh minimnya informasi yang diketahui oleh petani sehingga menyulitkan akses untuk mendapatkan harga jual yang tinggi

Adanya calo, tengkulak bisa membantu penjualan hasil panen selama tidak ada permainan. 

Permainan calo ini sering kali meresahkan petani karena mematok harga rendah walaupun hasil panen bagus. seperti yang terjadi di Karawang tahun lalu, bisa baca di sini.

Tiga hal itulah yang saya perhatikan kenapa harga gabah di petani rendah dan bervariasi. 

Sebagai petani, saya berharap ada kerja sama yang baik antara petani, calo, dan tengkulak agar saling menguntungkan. 

Madiun, 30 Maret 2022

 Bisa baca juga Ritual Methil, Tradisi Menyambut Panen Raya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun