INPARI singkatan dari Inbrida Padi Sawah Irigasi. Benih padi unggul ini sangat cocok apabila dikembangkan di lahan persawahan biasa. Tingkat homozigositasnya atau kemurnian galur padinya sangat tinggi karena melalui proses penyerbukan sendiri.
Pada tahun 2019 dan 2020 diluncurkan INPARI 48 Blas, INPARI 45 Dirgahayu. Namun, yang digalakkan di daerah saya adalah INPARI 16 dan 42.
INPARI 16 yang masa tanamnya 103 hari diperkirakan menghasilkan panen 8 ton/ha. Memang sangat sedikit jika dibandingkan hasil dari INPARI 42 yang diperkiraan mendapat hasil 10 ton/ha.
Walaupun hasil dari INPARI 42 banyak, tetapi masih kurang diminati petani pada musim tanam kesatu ini. Hal itu kerena harga jual yang rendah, misalnya dari hasil 10,58 ton/ha, harga jualnya gabah basah Rp4.200 per kilogram. Sedangkan INPARI 16 harga per kilogramnya Rp4.450 hingga Rp4.550.
2. Kualitas gabah
Kualitas juga memengaruhi harga gabah. Untuk mendapatkan hasil panen yang sesuai standar Bulog tentunya harus ada perawatan, mulai dari pengairan, pupuk, obat hama.
Setiap jenis padi perawatannya akan berbeda karena memiliki karakter yang tidak sama. Misalnya benih INPARI 42, benih ini mudah perawatannya dan tahan terhadap penyakit blas daun ras (busuk leher) yang disebabkan oleh jamur. INPARI 42 juga agak tahan terhadap hama wereng batang coklat biotipe 1 dan agak rentan terhadap biotipe 2 dan 3, rentan terhadap virus tungro varian 033 dan 073.
Walaupun mudah perawatannya jika salah atau tidak tepat dalam pemupukan akan mengurangi hasil panen. Biji padi yang kurang berbobot akan terlihat kusam, ringan ketika ditimbang
Seorang tengkulak akan tahu mana gabah jenis INPARI 42, 16 atau jenis lain. Secara acak gabah yang sudah di dalam karung akan ditusuk dengan alat khusus untuk dilihat kualitasnya.
3. Adanya Calo dan Tengkulak
Pertanian di desa tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan calo dan tengkulak karena petani tidak bisa tembus Bulog langsung. Hal ini sering kali harga gabah anjlok, petani pun tidak bisa menentukan harga walaupun hasil panen bagus.