Ketika menghadapi anak sakit, kita tidak butuh cela atau dikritik, yang dibutuhkan itu didengar, didoakan. Untuk itu buatlah mapping siapa saja yang bisa memberi support, baik dukungan mental maupun finansial.
Putu Andani menjelaskan, dukungan atau support dari orang-orang di sekitar kita akan menjadi penguat dan pengembali rasa lelah, kesal, sakit, frustasi, atau pun stres.
"Support system (kelompok atau orang pendukung) itu penting sekali bagi kita, kapan saja untuk kondisi apa saja, termasuk lelah atau capek dengan kondisi anak sakit alergi misalnya," ujar Putu seperti yang saya kutip dari kompas.com.
Support terdekat tentu dari pasangan, Â seorang istri butuh dukungan dari suami, begitu juga suami. Suami tidak perlu berbicara panjang, cukup mengatakan, "Apa yang bisa aku lakukan?". Seorang istri bicara, "Antar ke dokter, siapkan uang saja." Simpel kan.
Dua, mengatur pernapasan
Breathing atau mengatur pernapasan saat emosi kita sedang kacau, lelah, stres, frustasi adalah upaya yang ampuh.
Putu berkata, dengan mengatur napas ini, maka setidaknya kita akan meningkatkan kapasitas paru dan ventilasi oksigenasi di dalam tubuh. "Breathing ini juga bisa membantu menurunkan detak jantung dan menenangkan diri."Â
Breathing tidak perlu meminta bantuan pasangan atau orang terdekat, kita bisa melakukannya sendiri dengan cara menarik napas dalam, keluarkan pelan. Pikirkan yang positif, walaupun anak sakit. Aura positif akan mengalir kepada anak.
Tiga, jangan membandingkan
Ketika anak sakit jangan sibuk membandingkan anak orang lain yang sehat, hal itu akan membuat kita tertekan. Self love, itu yang perlu kita lakukan. Ini akan mengarahkan agar kita dapat menerima dengan baik apa yang sedang terjadi dalam kehidupan kita.
Dalam menghadapi anak sakit, kita juga harus menerapkan self love. Kita menerima dengan ikhlas apa yang kita alami.Â
Mencintai diri sendiri lebih kepada menerapkan rasa syukur, karena sakit, sehat adalah anugerah. Dengan sakit, mengingatkan kita kepada kematian dan betapa penting arti kesehatan.