Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Tiga Alasan Mantri Masih Menjadi Favorit Warga Desa untuk Mendapat Layanan Kesehatan

8 Februari 2022   11:19 Diperbarui: 22 Maret 2022   18:20 2554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mantri puskesmas. Foto via detikhealth

Hallo Sahabat semua,

Jika mendengar kata mantri, saya jadi ingat tahun 80-an, ketika masih kelas sekolah dasar. Jika melihat Pak Mantri, langsung lari ke rumah dan mengunci diri di kamar.

Pak Mantri yang sering disebut Pak Baybay, pernah mengejar dan mengetuk pintu rumah sambil memanggil nama panggilan kecil saya "Ade".

Ibu membujuk dari balik pintu, "Pak Baybay hanya ingin ketemu Ade, ayo keluar."

Saya pun semakin merapatkan tubuh ke pintu, agar Ibu tidak berhasil mendorong daun pintu yang sedkit rapuh.

Terdengar di ruang tamu suara tawa Pak Baybay, "Tidak usah dipaksa, Bu, kapan-kapan mampir lagi."

Ibu sering bilang kalau Pak Baybay itu baik, ramah, dia hanya nyuntik orang sakit di Desa Gunungkuning.

Ada yang unik dengan Pak Baybay, mantri desa itu, Kata Ibu, nama aslinya bukan Baybay, Alasan warga memanggil Pak Baybay, karena, mantri itu sering melambaikan tangan sembari bilang "bye, bye" ketika sepedanya melewati kerumunan.

Mengenal mantri kesehatan

Jika kita berkunjung ke desa, akan mudah menemukan para mantri yang mengobati para penduduk desa. Tahukah teman, kalau mantri itu sebenarnya bukan profesi seperti dokter, perawat, atau suster?

Dalam KBBI mantri adalah nama pangkat atau jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas (keahlian) khusus. Jadi mantri itu sebuah tingkatan dalam pemerintahan dan bukan hanya dalam dunia medis, bisa dari berbagai bidang.

Untuk bidang kesehatan, mantri statusnya pembantu dokter. Zaman dulu, sekolah kedokteran hanya mampu mencetak puluhan dokter dan perawat pertahunnya, maka pemerintah mengesahkan mantri untuk bisa menangani masalah kesehatan di daerah. Mantri juga berpakaian putih seperti dokter, seperti Pak Baybay. 

Ilustrasi mantri puskesmas. Foto via detikhealth
Ilustrasi mantri puskesmas. Foto via detikhealth

Tidak ada sekolah mantri, mereka lulusan SMK kesehatan, istilahnya SPK (sekolah perawat kesehatan). Sekarang tidak ada SMK yang mencetak mantri. Jika lulusan SMK atau SMA ingin masuk dunia kesehatan mendalami ilmunya ke pendidikan lebih tinggi agar mahir. Para mantri pun harus mengupgrade ilmu dan sertifikatnya melalui program D3, D4 bahkan S1 keperawatan.

Kita jarang menemukan mantri, kalau di daerah terpencil memang masih ada seperti Papua, Maluku, Kalimantan, dan bahkan beberapa daerah terpencil di Pulau Jawa.

Di desa saya, walaupun bukan desa terpencil masih ada lho mantri, bahkan ada tiga. Dua orang mantri tidak menerima panggilan pasien. Kita yang harus datang ke tempat praktiknya, siap-siap antri panjang saja. 

Jangan lupa memakai obat pengusir nyamuk, karena antreannya di luar ruangan. Sedangkan mantri yang satunya, bisa dipanggil ke rumah warga jika kita mendesak tidak ada yang mengantar berobat.

Ilustrasi mantri yang sedang mengobati pasien. Foto olifaiva.blogspot.com
Ilustrasi mantri yang sedang mengobati pasien. Foto olifaiva.blogspot.com

Mengapa warga desa masih pergi ke mantri untuk mendapat pengobatan?

Selain ke puskesmas, warga masih berobat ke mantri, seperti ibu mertua, ipar, tetangga. Saya juga kadang-kadang memanggil Pak Mantri tetapi tidak pernah suntik karena masih takut dengan jarum suntik. Singkatnya "obatnya saja, Pak".

Kalau ibu mertua, hampir tiap bulan rindu ingin bertemu Pak Mantri, katanya, setelah disuntik Pak Mantri, badan jadi enteng.

Ada beberapa alasan kenapa mantri masih jadi favorit warga dalam pengobatan

1. Biaya terjangkau

Biaya berobat ke mantri tentu berbeda dengan ke dokter, karena jenis obat yang diberikan juga berbeda. Ibu mertua langganan ke mantri, hampir tiap bulan. Untuk biaya hanya 60 ribu rupiah sudah dengan suntik vitamin, jika tanpa suntik 50 ribu rupiah. 

2. Cepat tanggap, tidak antri

Ada satu mantri di desa saya yang siap dipanggil ke rumah. Kita cukup memiliki nomor WhatsApp saja dan katakan, "Maaf menganggu waktunya, Pak. Saya sakit batuk pilek, bisa ke rumah jam berapa nggih?"

Dia akan segera menjawab jika tidak dalam perjalanan. Yang perlu dicatat, jangan mengundang mantri pada jam kerja kantor, karena dia ada di puskesmas, jelas tidak bisa datang dengan cepat, tetapi pasti menjawab, kalau punya kuota sih. 

Kalau ingin mantri segera datang, kirim pesan setelah subuh atau malam. Biasanya sebelum berangkat ke puskesmas Pak Mantri akan keliling ke rumah pasien.

3. Sakit ringan

Berobat ke mantri tentu bukan warga yang memiliki penyakit berat, biasanya mereka yang memiliki gejala batuk, pilek, badan sakit, seperti mertua saya atau bahkan saya sendiri.

Bukan meremehkan keahlian mantri untuk mengobati pasien, sejatinya jika gejala berat atau tidak sembuh setelah berobat ke mantri, kita tetap harus ke dokter atau rumah sakit.

Mantri memiliki peran penting dalam dunia kesehatan, terlebih pada masa dulu yang susah mendapat layanan kesehatan. Mereka berhati mulia mau datang ke rumah penduduk.

Mantri juga bisa dikatakan pertolongan pertama, yang utama tentunya atas izin Tuhan. Salam sehat selalu untuk teman-teman.

Salam,

Sri Rohmatiah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun