Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Laptop Sebagai Penunjang Belajar Mengajar, Kenapa Walkot Madiun Menolak?

6 Januari 2022   13:45 Diperbarui: 6 Januari 2022   13:54 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wali Kota Madiun memberi penjelasan terkait penolakan ribuan laptop. Foto by IG PemkotMadiun
Wali Kota Madiun memberi penjelasan terkait penolakan ribuan laptop. Foto by IG PemkotMadiun

Kata wali kota, "Kita pesan nasi pecel lauk daging, ko dikasihnya nasi pecel lauk telur. Ya tentu ini tidak bisa diterima dan kita tolak semua."

"Kota kita ini benar-benar menerapkan mekanisme yang benar dan sesuai aturan. Kalau tidak, ya mohon maaf tidak bisa dilanjutkan dan tidak ada pembayaran sepeser pun," tegas Maidi pada press conference di Balai Kota (4/1)

Noor Aflah sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pengadaan laptop jilid Il, sebelumnya juga menjelaskan, "Untuk laptop tahap dua sejatinya semua laptop sudah datang dan sudah kita lakukan pengecekan dengan menggandeng dari Politeknik Negeri Madiun (PNM). Laptop berfungsi dengan baik tetapi ada ketidaksesuaian dengan kontrak Sehingga sesuai aturan e-purchasing (e-katalog), kami harus menolak." 

Dari kasus ini kabarnya Pemkot akan menggugat secara perdata kepada anak perusahaan PT Telkom sebagai penyedia. Alasannya karena telah merugikan secara immaterial. Kalau secara material memang tidak dirugikan, karena belum ada pembayaran.

"Yang jelas, selanjutnya kita akan membentuk tim penuntut perdata untuk memperkuat Pejabat Pengadaan dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPKom). Kita sudah dirugikan karena proses pembagian laptop ke siswa serta program unggulan tertunda," tegas wali kota. Seperti mengutip dari metasatu (4/1)

Kesimpulan dari perjalanan bantuan laptop jilid I dan II

Sejauh yang saya ketahui sekolah di Madiun masih menggunakan kurikulum 2013 dan belum semua sekolah melakukan pembelajaran tatap muka 100 persen. Dalam hal ini Pemkot tidak mau terburu-buru, karena belum semua siswa mendapatkan vaksin, terutama usia 6-11 tahun.  

Terkait bantuan laptop bagi siswa, sejatinya bukan tanggung jawab Pemkot semata. Pihak penyedia pun harus ada bentuk tanggung jawab untuk mencerdaskan anak bangsa. Sejauh ini pihak penyedia belum memberi konfirmasi terkait kirimannya. 

Selaku orang tua, harapannya bantuan laptop itu segera terealisasi. Kita tahu tidak semua orang tua mampu membeli laptop, sementara pembelajaran menuntut mereka memiliki laptop. Namun, secara pribadi, saya lebih setuju jika anak-anak kembali kepada buku sebagai sumber pembelajaran, laptop hanya sebagai penunjang saja.

Semua dikembalikan kepada pemerintah sebagai pemangku kebijakan. Jika ada bantuan laptop, ya terima saja, tidak ada salahnya, hihikhik. 

Salam, semangat belajar mengajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun