Kata wali kota, "Kita pesan nasi pecel lauk daging, ko dikasihnya nasi pecel lauk telur. Ya tentu ini tidak bisa diterima dan kita tolak semua."
"Kota kita ini benar-benar menerapkan mekanisme yang benar dan sesuai aturan. Kalau tidak, ya mohon maaf tidak bisa dilanjutkan dan tidak ada pembayaran sepeser pun," tegas Maidi pada press conference di Balai Kota (4/1)
Noor Aflah sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pengadaan laptop jilid Il, sebelumnya juga menjelaskan, "Untuk laptop tahap dua sejatinya semua laptop sudah datang dan sudah kita lakukan pengecekan dengan menggandeng dari Politeknik Negeri Madiun (PNM). Laptop berfungsi dengan baik tetapi ada ketidaksesuaian dengan kontrak Sehingga sesuai aturan e-purchasing (e-katalog), kami harus menolak."Â
Dari kasus ini kabarnya Pemkot akan menggugat secara perdata kepada anak perusahaan PT Telkom sebagai penyedia. Alasannya karena telah merugikan secara immaterial. Kalau secara material memang tidak dirugikan, karena belum ada pembayaran.
"Yang jelas, selanjutnya kita akan membentuk tim penuntut perdata untuk memperkuat Pejabat Pengadaan dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPKom). Kita sudah dirugikan karena proses pembagian laptop ke siswa serta program unggulan tertunda," tegas wali kota. Seperti mengutip dari metasatu (4/1)
Kesimpulan dari perjalanan bantuan laptop jilid I dan II
Sejauh yang saya ketahui sekolah di Madiun masih menggunakan kurikulum 2013 dan belum semua sekolah melakukan pembelajaran tatap muka 100 persen. Dalam hal ini Pemkot tidak mau terburu-buru, karena belum semua siswa mendapatkan vaksin, terutama usia 6-11 tahun. Â
Terkait bantuan laptop bagi siswa, sejatinya bukan tanggung jawab Pemkot semata. Pihak penyedia pun harus ada bentuk tanggung jawab untuk mencerdaskan anak bangsa. Sejauh ini pihak penyedia belum memberi konfirmasi terkait kirimannya.Â
Selaku orang tua, harapannya bantuan laptop itu segera terealisasi. Kita tahu tidak semua orang tua mampu membeli laptop, sementara pembelajaran menuntut mereka memiliki laptop. Namun, secara pribadi, saya lebih setuju jika anak-anak kembali kepada buku sebagai sumber pembelajaran, laptop hanya sebagai penunjang saja.
Semua dikembalikan kepada pemerintah sebagai pemangku kebijakan. Jika ada bantuan laptop, ya terima saja, tidak ada salahnya, hihikhik.Â
Salam, semangat belajar mengajar.