Setelah satu pekan, si Neng pindah ke kota ibunya. Sejak saat itu kami tidak mendengar kabarnya lagi, walaupun rumah orang tuanya masih berhadapan dengan rumah saya. Kejadian itu, bukan saja meninggalkan trauma bagi si Neng, tapi bagi warga sekitarnya.
Dari kisah si Neng, Ibu saya juga ibu-ibu lain mengambil pelajaran. Bahkan ketika saya sudah memiliki anak, saya buat tips supaya terhindar dari pelecehan anak baik dari orang lain atau orang terdekat :Â
1. Memberi pendidikan seksual pada anak sejak dini.Â
Anak diberi tahu bagian mana yang boleh dipegang dan dilihat orang lain atau diri sendiri. Walaupun dia masih usia batita.Â
Saya juga memberi pengertian jangan main di tempat orang lain atau kerabat sendiri dan lama.Â
2. Pergi ke sekolah atau ke mana saja minimal bersama teman satu orang. Tujuannya agar ada bisa saling menjaga.
3. Berani untuk mengatakan tidak. Mengatakan tidak tentu pada waktu dan orang yang tepat. Misalnya ketika pulang sekolah diajak temannya main, katakan tidak. Terlebih orang  yang belum dikenal.
4. Jangan menatap lawan bicara. Entah ini mitos atau fakta, menurut orang tua, menatap mata akan terhipnotis. Cukup tahu wajah lawan bicara saja untuk mencegah hal yang tidak diinginkan.
Kekerasan seksual pada anak pada masa 90-an atau sekarang sama-sama merusak mental korbannya. Untuk menghindari hal tersebut, kita perlu mengajarkan pendidikan seksual pada anak sesuai usianya. Semoga tidak ada Neng-Neng lain yang mengalami peristiwa yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H