Sebagian orang menyakini berbicara seks adalah sebuah wacana tabu, Â hanya milik orang-orang sudah menikah. Padahal remaja pun berhak mendapat edukasi seksual, agar terhindar dari resiko, seperti hamil sebelum menikah, seks bebas, penyakit menular.
Pendidikan seksual tentu dimulai dari keluarga, terutama ibu dan cara penyampaiannya pun sesuai dengan usia anak, agar mereka mudah memahaminya. Beberapa lembaga dunia, seperti UNICEF, WHO, UNAIDS telah membuat panduan pendidikan seksual bagi orang tua dan pendidik. Silakan baca melalui di sini
Banyak orang tua yang tahu ilmu tentang seksual, tetapi, kesulitan menyampaikannya pada anak, dari mana harus menjelaskan. Kesulitan tersebut karena ada rasa canggung. Sebagai orang tua yang memiliki dua anak remaja, tidak dapat memungkiri, rasa canggung tetap ada.
Sebelum anak-anak mendapat informasi tentang seks dari media sosial atau orang yang tidak tepat. Kita harus membuka rasa tabu, canggung. Kesehatan anak lebih penting daripada rasa canggung.Â
Baca juga Pubertas Era 90-an dan Sekarang
Ada banyak cara untuk memberi pengenalan seks tanpa ada rasa canggung terutama dengan anak remaja.
Pertama, ngobrol santai
Sebelum tidur, saya biasanya ngajak anak ngobrol beberapa menit, tentunya tidak bersamaan dengan anak yang cowok.
Obrolan dimulai dengan pertanyaan bagaimana di sekolah tadi. Dengan pancingan itu anak akan bercerita peristiwa yang ia dan  teman-temannya alami.  Anak remaja tidak lepas dari obrolan si Fulan pacaran dengan Fani, Si A naksir si B.Â
Dari kata pacaran, saya bisa memasukkan bagian tubuh yang harus dilindungi juga batasan pacaran. Kalau anak berbicara si A mengalami haid di sekolah, saya bisa memberi gambaran haid itu apa. Apa yang terjadi jika remaja putri mengalami haid.
Kedua, mengedukasi secara berkala
Setelah mendapat suasana santai untuk ngobrol atau kesempatan memberi edukasi seksual pada anak, hindari aji mumpung. Kita harus melakukan secara berkala, sesuaikan tema yang sedang dibahas. Dengan begitu anak mudah menyerap dan mengingat informasi yang kita sampaikan.
Di akhir pembicaraan, tanyakan, apakah dia memahaminya atau tidak. Jika belum paham, jangan marah atau menakut-nakuti. Â Anak memerlukan waktu untuk memahami.Â
Ketiga, membeli buku
Membeli buku mungkin menjadi permasalahan bagi orang tua yang tidak menyediakan dana buku. Buku sebenarnya bisa meminjam di perpustakaan daerah atau bisa juga meminjam dari teman.
Buku memudahkan orang tua memberikan edukasi seksual pada anak. Ada banyak buku tentang pubertas, seksualitas bagi anak yang mudah dipahami.
Untuk anak di bawah 9 tahun, ada buku yang dilengkapi dengan gambar. Kita bisa membacakan buku tersebut sebagaimana kita membaca dongeng. Â
Kalau untuk remaja, anak saya membeli buku yang berjudul "Kunci Jawaban Pertanyaan Tak Terucapkan". Isinya mengenai pernak pernik remaja, mulai dari pacaran, menstruasi, kode etik seks, kepribadian, hubungan dengan keluarga dan masih banyak lagi yang dibahas.
Buku ini cocok bagi orang tua yang sibuk, juga bagi anak yang malu bertanya pada orang tua. Buku ini sebagai jembatan komunikasi antara anak dengan orang tua.
Tujuan pendidikan seksual pada anak, agar mereka berperilaku seks sehat, bertanggung jawab, juga sebagai bekal menghindari kekerasan seks.Â
Kita tahu kekerasan seks bisa terjadi pada siapa saja, usia berapa pun. Dengan pembekalan, anak akan tahu cara mencintai dan menjaga tubuhnya.
Salam sehat selalu
Sri Rohmatiah
Baca juga Cara Menghadapi Catcalling
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H