Berikut sekelumit pengalaman saya.
Ketika melaksanakan salat Jum'at di masjid rest area jalan tol Madiun-Cirebon. Saya sempat nangis karena perlakuan satpam yang tidak adil.
Saya berpikir ada toilet khusus disabilitas. Namun, ternyata di area masjid hanya ada toilet, tempat wudhu pria dan wanita.
Seperti biasa, jika tidak ada toilet disabilitas, saya akan meminta izin penjaga untuk menggunakan toilet wanita. Tentunya dengan catatan toilet itu dalam keadaan sepi tidak ada wanita di ruang dandan.
Kenapa saya tidak mengajak suami ke toilet pria? Kita tahu sendiri toilet pria biasanya tanpa sekat. Tega banget kalau saya disuruh masuk ke tempat itu. Di sini justru masalahnya, ketika sudah izin penjaga toilet wanita, satpam teriak-teriak,
"Bu, bapaknya jangan diajak masuk ke toilet khusus wanita, ada khusus pria sebelah kiri."
Saya jelaskan kesulitannya, tetapi si satpam tidak terima, masih tetap "jangan masuk".
Lama-lama saya emosi juga, "Silakan jenengan ajak dan bantu suami saya untuk kencing," perintahku judes.
"Jika bukan istrinya, siapa yang mau bantu, jenengan saja jijik kan? Jangan mempersulit dong, saya juga perasaan, toilet wanita kondisinya sepi," ujar saya lagi.
Kami beradu mulut dengan sengit, suami orangnya sabar, "Sudah Mah, gak usah pipis saja, langsung wudhu, sela komat."