"Tapi, Mamah, inginnya kamu sekolah, kuliah, bekerja di kantoran seperti orang lain."
"Lha itu ya iya, aku sekolah, belajar, Mah. Pak Le juga jadi tentara, tapi ke sawah kalau pas libur kantor," ujarnya.
Saya tidak setuju anak lanang menjadi petani, karena khawatir dia jadi malas sekolah, belajar. Tujuan utama kami sebagai orang tua, tentu dia sekolah, bekerja. Jika pada akhirnya dia meneruskan pekerjaan bapaknya, tidak masalah, selama dia tanggung jawab.
Suami sih sering bilang, "Jangan pikirkan itu, biarlah anak sekolah, kuliah, cari pekerjaan sesuai minatnya."
Walaupun saya tidak setuju, jika anak lanang menjadi petani, tetapi, tetap dikenalkan dengan dunia pertanian, seperti menjemur, nimbang gabah.
Bagaimana dengan petani milenial?
Program pemerintah bagus, mendorong pemuda menjadi petani milenial. Dengan pengakuan seperti ini, pekerjaan sebagai petani, tidak dipandang remeh lagi, tetapi pekerjaan mulia, sama halnya seperti guru.
Petani milenial adalah, petani yang kreatif, semangat, bijaksana, sopan, berwibawa. Intinya, dia harus memiliki jiwa pemimpin sama seperti pimpinan sebuah perusahaan.
Apa yang perlu dilakukan oleh petani milenial?
1. Manfaatkan teknologi
Petani milenial, bisa memanfaatkan aplikasi untuk memantau kualitas hasil panen. Dia juga bisa mengedukasi petani senior supaya pandai teknologi. Juga memberi pemahaman bagaimana cara memasarkan hasil panen agar bernilai tinggi. Hal penting juga, petani milenial harus mendorong petani untuk menyimpan hasil panen di bank, tidak di rumah.Â
2. Jembatan bagi petani