Tiga tahun usia pernikahan, saya dan suami memutuskan untuk membangun ruko di pinggir jalan utama desa. Selain untuk kerja sampingan, ruko itu nantinya untuk anak-anak kelak jika sudah besar, investasi kecil-kecilan.
Kami sepakat untuk menyediakan bahan-bahan bangunan, obat pertanian, alat diesel, alat listrik, pupuk subsidi. Tujuannya, supaya warga desa bisa mendapatkan keperluan tanpa harus ke kota dan kapan pun membutuhkan bisa segera ada.
Bismillah tanpa syarat dari dunia mistis, toko itu kami buka satu tahun berikutnya.
Ruko baruÂ
Sepertinya bukan rahasia lagi, kalau membuka usaha harus ada pemikat. Namun, saya tidak setuju, suami pun tidak. Kami hanya melakukan kirim doa atau tahlilan kepada orang tua yang sudah meninggal dan sodaqohan saat buka toko.
Untuk ukuran kami, toko itu ramai, banyak sales dan pelanggan bilang, saya dan suami ramah, murah senyum, harga pun standar.
Toko besi juga bersih, walaupun identik dengan debu, tapi ruko terawat. Saya berpikir, karena ada anak-anak yang masih balita, jadi harus bersih supaya mereka sehat.
Namun, walaupun ada orang yang mengatakan ruko itu adem, ada juga yang bilang, ruko itu serem. Kata adik saya ketika berkunjung, "Ada banyak hantu di lantai 2 dan kamar bawah."
Suara tengah malam
Seperti biasa, saya dan suami sering melaksanakan salat malam setelah tidur dulu. Namun, berbeda dengan malam itu. Suami bilang,
"Saya akan melek sambil dzikir hingga pukul 00.00."
Jujur, saya tidak kuat melek, jadi memilih tidur dulu dan suami berjanji akan bangunkan pukul 23.30.