Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah Nyata "Ruko Berhantu" Inilah Cara Saya Menghadapinya

30 Oktober 2021   11:27 Diperbarui: 1 November 2021   01:02 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga tahun usia pernikahan, saya dan suami memutuskan untuk membangun ruko di pinggir jalan utama desa. Selain untuk kerja sampingan, ruko itu nantinya untuk anak-anak kelak jika sudah besar, investasi kecil-kecilan.

Kami sepakat untuk menyediakan bahan-bahan bangunan, obat pertanian, alat diesel, alat listrik, pupuk subsidi. Tujuannya, supaya warga desa bisa mendapatkan keperluan tanpa harus ke kota dan kapan pun membutuhkan bisa segera ada.

Bismillah tanpa syarat dari dunia mistis, toko itu kami buka satu tahun berikutnya.

Ruko baru 

Sepertinya bukan rahasia lagi, kalau membuka usaha harus ada pemikat. Namun, saya tidak setuju, suami pun tidak. Kami hanya melakukan kirim doa atau tahlilan kepada orang tua yang sudah meninggal dan sodaqohan saat buka toko.

Untuk ukuran kami, toko itu ramai, banyak sales dan pelanggan bilang, saya dan suami ramah, murah senyum, harga pun standar.

Toko besi juga bersih, walaupun identik dengan debu, tapi ruko terawat. Saya berpikir, karena ada anak-anak yang masih balita, jadi harus bersih supaya mereka sehat.

Namun, walaupun ada orang yang mengatakan ruko itu adem, ada juga yang bilang, ruko itu serem. Kata adik saya ketika berkunjung, "Ada banyak hantu di lantai 2 dan kamar bawah."

Suara tengah malam

Seperti biasa, saya dan suami sering melaksanakan salat malam setelah tidur dulu. Namun, berbeda dengan malam itu. Suami bilang,

"Saya akan melek sambil dzikir hingga pukul 00.00."

Jujur, saya tidak kuat melek, jadi memilih tidur dulu dan suami berjanji akan bangunkan pukul 23.30.

Saatnya tiba, sebelum salat malam, saya membuat teh panas untuk suami. Dia sudah siap salat di lantai bawah dekat meja kasir. Lampu pun terang benderang 

Suara itu, tiba-tiba terdengar dari luar toko, persis depan rolling door .

Saya tafsirkan itu suara ember plastik, diisi batu, bata kecil, pasir lalu digoyang-goyang dengan keras. Saat itu saya tidak berpikir hantu atau kunti, tetapi, orang jahat yang akan memancing supaya pintu dibuka.

Suara itu semakin keras, saya pun mematikan lampu toko, dan berlari ke lantai dua untuk melihat siapa yang ada di bawah.

Handphone saya pijat nomor keponakan.

"Sini ke toko, ada orang mainkan ember di depan pintu. Ke sininya pakai motor ya, jangan sendiri, ajak bapake!"

Saya turun kembali ke toko, suara itu masih ada. Kami berdua hening, tak ada yang bicara. Takut ada orang tiba-tiba masuk dan mengancam nyawa kami.

Tiba-tiba suara ember itu hilang berbarengan suara telepon dari ponakan.

"Saya di depan toko seberang jalan, buka pintunya, Bude."

"Yakin gak ada orang?"

"Tidak ada."

Saya pun segera membuka pintu, ternyata di luar kosong tak ada apa-apa.

Kami segera memeriksa halaman toko yang tanpa pagar dan tumpukan bata, pasir yang ada di seberang jalan. "Ember ... ember itu, mungkin tertinggal," batinku.

Namun, halaman toko ukuran 3x7 meter itu bersih, daun pun tak ada. Halaman itu memang saya bersihkan setiap pagi dan sore, tanpa ada barang yang dipajang. Contoh keramik saya tata rapih di tembok dengan memakai karpet, itu pun tidak ada yang jatuh.

Kami melupakan malam itu dan menganggap ada orang iseng.

Peristiwa pagi hari

Pagi-pagi ketika membuka rolling door , saya berdiri di depan pintu sembari membersihkan debu. Tiba-tiba ada bagian lantai yang saya lewati seperti kosong.

Coba, teman-teman, pukul-pukul keramik rumah, akan bisa membedakan mana bawah keramik yang terisi semen dan mana yang tidak. Akan berbeda bunyinya, sekalipun kita hanya menginjaknya.

Saya pun menyuruh karyawan dan tukang yang pekan kemarin ngecor teras toko.

"Ini bawah lantai apa lupa tidak dicor, Pak? Ini sewaktu-waktu bisa amblas."

"Sudah saya cor semua, semennya juga banyak, Bu, tapi kenapa kosong ya?"

Setelah lantai itu dijebol, ternyata ke bawah, ke samping kiri dan kanan bolong 1 meter, tanpa semen, pasir. Kosong seperti sumur.

"Coba cari sumbernya dan sisa dari bahan bangunan itu, mungkin dibolongi tikus!" perintah suami saat itu.

Setelah mencari, tidak ada sisa-sisa pasir atau semen di dalam, tidak ada juga jalan tikus.

"Berarti ini teras bukan dibolongi tikus," ujar saya, seketika teringat peristiwa semalam. Mungkinkah ada kejadian mistis tadi malam?

Kejadian mistis 

Peristiwa lain pada saat anak bungsu berusia 3 tahun. Dia kalau malam main mobil-mobilan di kasur, sementara saya sudah mimpi ke mana. 

"Mamah, tadi malam ada anak kecil marahi aku, anakke jelek,"

"Apa katanya?" tanya saya menyelidik

"Heh, cepet tidur!"

"Aku takut, Mah" jawab anak bungsu lagi.

Sejak saat itu anak saya tidak mau tidur siang, katanya kalau tidur siang nanti malamnya gak bisa tidur, dimarahi lagi sama anak kecil jelek ileran. 

Saya jadi teringat film tuyul, apa itu namanya tuyul? tapi Alhamdulillah selama buka toko tidak ada uang yang hilang baik oleh pencuri atau tuyul. Setiap hari saya selalu menghitung uang masuk dan keluar. sedikit repot sih, tetapi, semua kan sudah ada di nota pembayaran. 

Bagaimana menyikapi isu ruko berhantu

Ruko saya berhantu itu kata adik saya dan ipar ketika berkunjung,

"Aku ko merinding ya masuk ruko itu, padahal terang, bersih, adem," ujar adik saat itu

"Di lantai dua, jendela ada sosok hitam besar, duduk," ujar seseorang ketika melihat ruko itu.

Apa yang mereka katakan, rasakan, tidak saya rasakan. Tinggal di ruko itu saya biasa saja. Mungkin saya tidak peka akan hal ghaib dan mistis. Kalau rasa takut sih terkadang ada, Cuma berpikir, ini rumah saya, kenapa harus takut.

Untuk mengusir rasa takut akan hal-hal ghaib, ada beberapa yang saya lakukan

1. Tetap fokus ibadah

Sebagai umat muslim, ibadah suatu kewajiban, walaupun ada ibadah-ibadah yang hukumnya sunah. Namun, ketika sudah menjadi kebiasaan, yang sunah pun terasa wajib bagi diri sendiri. Misalnya salat Dhuha.

Salat Dhuha hukumnya sunah, tetapi, ketika kita sering, rutin melakukannya, akan terasa ada yang kurang jika ditinggalkan.

Setelah karyawan datang, saya bergantian melaksanakan salat Dhuha dengan suami.

Jika malam setelah salat Magrib dan setelah salat Subuh, kami akan membaca Al-Qur'an. Sepertiga malam jika tidak berdua, mesti ada salah satu yang terbangun untuk salat malam.

2. Rajin bersih-bersih

Bersih-bersih sudah menjadi kebiasaan saya, setelah menyiapkan sarapan. Saya akan menyapu, mengepal lantai atas. Karyawan membersihkan lantai bawah.

Tak jarang sebelum buka lantai bawah sudah saya sapu, dipel dengan pewangi, ketika buka, lantai itu sudah kering. Karyawan tinggal menyapu halaman dan lap-lap etalase.

3. Selalu membaca doa ketika membuka dan menutup toko

Ini pesan dari Ibu, "Tugas perempuan membuka dan menutup pintu sembari membaca ayat kursi."

Itu aku laksanakan, ternyata selain hati kita adem, aura rumah pun menjadi bagus. Serem untuk sebagian kecil saja, tetapi adem bagi sebagian besar.

4. Penerangan

Konon hantu senang di tempat yang gelap, untuk itu saya pasang lampu tiap ruangan dengan penerangan besar. Bahkan untuk toko lantai bawah ada 8 lampu. Kebetulan saat itu rumah kiri, kanan saya kosong, jadi ruko harus terang.

Pada dasarnya kita hidup berdampingan dengan makhluk ghaib, selama mereka tidak mengganggu aktivitas dunia nyata, kenapa kita harus sibuk mengurusi dunia yang bukan milik kita.

Ingat belajar  Ilmu Ghaib (IG/Instagram) saja tangan kita sudah sibuk, posting jualan, aktivitas, tulisan, posting photo. Waduuhh capek deh. 

Salam dari dunia nyata

Sri Rohmatiah Djalil

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun