Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga suka cerita, Petani, Pengusaha (semua lagi diusahakan)

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Dampak Negatif yang Akan Terjadi jika Remaja Sering Bergosip

3 Oktober 2021   16:58 Diperbarui: 9 Oktober 2021   12:05 1155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak pandemi, anak sulung dan dua sahabatnya mengundang guru les kimia ke rumah. Mereka bertiga tidak bisa dipisahkan sekalipun oleh pandemi, mungkin ini namanya sahabat sejati.

Saya menyarankan untuk tetap memakai masker, jika ada salah satu yang sakit ya harus libur lesnya. 

Selama ini, situasi aman terkendali, tetapi setelah les, mereka akan menghabiskan waktu dengan bergosip.

Jika dihitung, waktu les dengan bergosip, lebih lama bergosip. Kita pun tidak bisa menghentikan mereka untuk tidak bergosip.

Gosip di kalangan remaja? Ups, sepertinya lebih menarik daripada gosip ala emak-emak. Benarkah?

Menurut saya sama menariknya, karena gosip selalu dibumbui supaya sedap. Saking sedapnya, kita lupa bahwa gosip itu tidak baik. 

Kebanyakan anak juga setuju berbicara di belakang seseorang itu tidak baik, tetapi kita tetap melakukannya.

Apakah gosip berarti?

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kristina McDonald di Duke University dan rekan-rekannya, mengatakan, "Kalau gosip tidak berarti."

Kristina dan rekannya, merekam obrolan pasangan gadis kelas empat yang berteman dekat melalui video. 

Rata-rata, selama 15 menit percakapan, gadis-gadis itu terlibat dalam 36 episode gosip yang melibatkan 25 orang yang berbeda. Mereka berkomentar:

"Dia pikir dia seperti itu karena dia hebat!"

"Dia dan teman-temannya, mereka hanya mengolok-olok saya."

"Dia lucu. Aku suka dia."

Dari hasil penelitian tersebut, lebih dari setengah komentar hanya melibatkan berbagi informasi. Seperempat lainnya untuk hiburan yang mengundang gelak tawa. Tujuh persen lainnya hanya melukai status sosial temannya.

Ilustrasi remaja bergosip ketika belajar | Ssumber: pexel.com/tirachard Kumtamom via IDNTimes
Ilustrasi remaja bergosip ketika belajar | Ssumber: pexel.com/tirachard Kumtamom via IDNTimes
Apakah gosip di kalangan remaja ada manfaatnya?

Seperti yang telah disebutkan, gosip sebagian besar tidak berarti. Namun, kita juga tidak bisa melarang anak-anak untuk tidak bergosip. 

Sebagai orang tua hanya perlu mengingatkan anak-anak, jika bergosip ambil sisi baiknya saja supaya bermanfaat.

Eileen Kennedy-Moore PhD, seorang psikolog klinis yang berbasis di Princeton, mengatakan bahwa gosip ada juga dampak baiknya bagi anak-anak.

Pertama, menambah informasi
Ketika anak-anak bergosip, biasanya ada sedikit informasi yang diberikan oleh temannya, misalnya, referensi buku bacaan, pakaian atau lainnya. 

Dari informasi itu dapat berguna untuk menjelajahi media sosial juga. Tentu kita juga harus mengawasi penggunaan media sosial pada anak-anak.

Kedua, membantu anak-anak mengetahui hubungan kelompok sebaya
Berbicara dengan temannya akan membantu mereka memahami perilaku teman sebayanya. Dengan begitu mereka bisa memilih mana teman yang cocok dan bisa dipercaya.

Sama seperti orang dewasa, anak-anak juga menunjukkan karakter yang berbeda saat ngobrol. Karakter itu yang akan mendorong anak-anak memilih teman.

Ketiga, menciptakan rasa keakraban
Gosip juga bisa menciptakan rasa keakraban, karena ketika ngobrol bersama teman, ada unsur kepercayaan. Jika bersama orang asing, anak-anak atau kita tetap akan menjaga jarak. 

Obrolan akan dibatasi karena tidak ada kepercayaan, boleh jadi teman asing ini akan membocorkannya sehingga terjadi perang antar remaja.  

Baca juga: Orang tua Kehilangan The Power of No pada anaknya, Berikut 2 Strategi yang Bisa Diterapkan

Selain berdampak positif, hati-hati gosip juga menyakitkan. Dalam Islam disebut ghibah. Kita tahu ghibah itu perbuatan yang dilarang agama.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gibah artinya membicarakan keburukan (keaiban) orang lain.

Dampak negatif dari gosip

Kita sebagai orang tua tidak bisa membenarkan gosip walaupun ada dampak positif darinya. Penting bagi kita membantu anak-anak memahami bahwa dengan bergosip dapat menyakiti seseorang.

Dengan gosip, reputasi seseorang akan turun dengan cepat, tetapi sulit untuk diperbaiki. Kita bisa tempatkan anak kita atau kita sendiri menjadi bahan gosip yang kejam. Kata-kata yang kejam akan merusak reputasi dan perasaan.

Menyebarkan desas-desus palsu adalah tindakan kejam dan sayangnya hal tersebut sering terjadi di kalangan remaja.

Gosip juga akan memicu konflik. Situasi penuh kesalahpahaman dalam pergaulan, menjauhkan pertemanan mereka. Lebih tepatnya ada unsur adu domba dalam gosip. Air mata dan drama buruk pun terjadi.

Sebagai orang tua, kita bisa mendorong anak-anak untuk tidak melakukan komentar pedas kepada temannya atau siapa pun.

Jika anak mendengar komentar jahat dari temannya, dia jangan membalas, biarkan saja rumor itu mati secara alami. 

Kita sarankan anak untuk mengatakan sesuatu seperti, "Yah, mungkin temanmu ada alasan bagus mengapa melakukan itu,"

Mari dorong anak-anak untuk tidak bergosip.

Terinspirasi dari Why do girls gossip

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun