Joel L. Young, MD., mengungkapkan di laman psychology, penolakan bersekolah terjadi pada anak antara usia 5 hingga 6 tahun, kemudian terjadi lagi antara 10 dan 11 tahun.
Baca juga: Orangtua Kehilangan "The Power of No" pada Anak, Berikut Strategi yang Bisa Diterapkan
Kita bisa mengenali gejala lain anak yang menolak bersekolah, antara lain sebagai berikut:
1. Ketika di sekolah, anak yang menolak bersekolah sering mengeluh sakit, seperti sakit perut hingga pusing.Â
Dia akan berulang kali ke ruang UKS. Jika di rumah, sakitnya hilang. Namun, perlu dipahami, ini bukan kebohongan, melainkan reaksi fisik dari kecemasan.
2. Anak-anak yang menolak bersekolah, mungkin memiliki riwayat kecemasan perpisahan, terutama dipisahkan dari sosok orang tua atau figur yang memiliki keterikatan secara emosional.
Kasus Dina, saya pernah ngobrol dengan wali kelasnya, ternyata dia tinggal dengan nenek dan ibunya dan dipisahkan dari ayahnya. Ada kemungkinan dia mengalami kecemasan.
3. Perubahan suasana hati. Anak-anak yang menolak pergi ke sekolah lekat dengan kecemasan dan itu sering mengalami perubahan suasana hati.Â
Ketika sedang asyik belajar di sekolah, karena cemas, dia bisa tiba-tiba ingin pulang atau bisa juga melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan karakternya.
4. Pengalaman negatif di sekolah. Pengalaman buruk berkaitan dengan bullying, seperti penindasan dari guru atau teman.Â
Ketika anak menunjukkan gejala di atas, kita rasanya ingin memaksanya atau mungkin mengabaikannya hingga masalah akan selesai sendiri. Namun, bagi anak yang fobia sekolah, dipaksa pergi ke sekolah bisa sangat menyedihkan.