"Mah, sebel aku sama Dina, dia sering lihat hasil pekerjaan rumahku," keluh anak saya saat makan malam.
"Ajari bab yang dia tidak paham, tugasnya suruh kerjakan sendiri!" Saran saya.
"Dia enggak mau, Dina sering bolos, selalu ada saja alasan tidak masuk kelas," ujarnya lagi.
Kasus yang dialami Dina, bisa terjadi kepada siapa saja. Saya jadi teringat ketika anak bungsu saat masih kelas satu SD. Selama beberapa bulan, dia selalu enggan pergi ke sekolah.
Setiap pagi harus membangunkannya, setelah tiba di parkir sekolah, dia mulai berulah dengan menangis ingin pulang lagi.
Kasus Dina dan anak saya tidak bisa dikatakan "bolos", mungkin dia menolak bersekolah karena ada kecemasan, dan ini disebut school regusal.
Apa Itu School Refusal?
School refusal pertama kali digunakan di Inggris, istilah ini untuk menggambarkan siswa yang menolak untuk pergi ke sekolah karena tekanan emosional.
School refusal tidak sama dengan bolos sekolah. Anak-anak yang sering membolos, umumnya tidak merasa takut terhadap sekolah. Mereka tidak ingin pergi ke sekolah karena lebih suka melakukan hal-hal lain. Pembolosan juga sering terjadi pada anak remaja.
School refusal terjadi pada anak usia berapa pun, mulai dari anak tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah.Â