Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Orangtua Kehilangan "The Power of No" pada Anak, Berikut Strategi yang Bisa Diterapkan

16 September 2021   14:36 Diperbarui: 16 September 2021   21:15 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan permintaan yang nyaris sama setiap harinya, apakah orangtua bisa mengatakan "tidak"?

Kalau kita mengingat masa kecil dulu, ada pedagang mainan yang menjajakan dagangannya dengan kata-kata "sayang anak, sayang anak".

Itu juga yang dilakukan sebagian orangtua, dengan alasan sayang anak, the power of no semakin melemah.

David J. Bredehoft, Ph.D., seorang psikolog khusus pernikahan dan keluarga di laman psychologytoday mengatakan, "Orangtua seharusnya tidak mengatakan "tidak" untuk semua yang diminta anak, tetapi mereka harus mengatakan "tidak" ketika itu benar-benar perlu dikatakan."

Temukan kata "tidak" yang tepat

Anak kecil ketika merengek, menangis meminta sesuatu, ayah bunda tentu ingin mengatakan "tidak", apalagi saat akhir bulan belum gajian. 

Akan tetapi, menurut para ahli dan psikolog anak, terlalu sering melarang anak dengan kata "tidak dan jangan" bisa berdampak negatif, anak-anak akan kebal terhadap larangan.

Orang dewasa pun terlalu sering mengatakan "tidak" tentu akan merasa bosan apalagi anak. Untuk menghindari hal-hal seperti itu, tidak ada salahnya kita menerapkan dua strategi berikut :

Pertama, menggunakan kalimat positif

Terinsipirasi dari artikel Pak Cah tentang Hemingway, seorang penulis yang selalu menggunakan kalimat positif dalam novelnya. 

Kata "tidak" menurut Hemingway sangat menyakitkan, sebuah penolakan keras. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun