Satria yang berusia 5 tahun asyik bermain dengan temannya di teras, tiba-tiba adiknya yang baru berusia 3 tahun merebut mainan itu. Kakak beradik itu berebut mainan, akhirnya mereka menangis.
Ibu dari kedua anak itu teriak, menyuruh Satria masuk ke dalam rumah dan menghentikan permainannya. Satria memohon supaya tidak disuruh masuk rumah.
Ilustrasi seperti itu, mungkin kita pernah mengalaminya semasa kecil. Mungkin juga kita pernah bersikap seperti ibunya Satria.Â
Ketika anak-anak melakukan kesalahan kita mengirimnya ke dalam kamar serta menjauhkan dari teman-temannya.
Contoh lain, seperti anak-anak play group yang bermain bersama di ruang kelas, tiba-tiba salah satu siswa bertingkah.
Terkadang orang tua si anak atau guru segera membawa anak yang bertingkah tersebut ke tempat yang berbeda.Â
Orang dewasa berpikir, area bermain aman dari tingkah anak yang berperilaku tidak baik. Namun, benarkah aman dan tidak berpengaruh buruk pada anak?
Strategi memindahkan anak ke tempat lain saat melakukan kesalahan disebut time out.
Apa Itu Time Out?
Setiap orang tua memiliki cara sendiri untuk mendisiplinkan anak-anaknya, salah satunya adalah menerapkan time out.
Time out sudah umum digunakan karena dianggap rasional dan memberi kesempatan kepada anak yang bertingkah untuk deeskalasi. Anak memiliki jeda dari kegiatannya, istilahnya istirahat sejenak.
Kita mungkin merasa asing dengan istilah time out. Akan tetapi, dalam pengasuhan anak tanpa terasa kita pernah melakukannya.Â
Saat anak-anak bertingkah, kita menyuruhnya untuk diam bahkan memindahkannya ke tempat yang berbeda.Â
Baca juga: Jangan Ngomel Jika Anak Menutup Telinga
Terlepas bagaimana kita mengasuh anak, strategi disiplin yang diterapkan orang tua adalah aspek penting dan penting bagi perkembangan anak supaya lebih baik.Â
Namun, penerapan disiplin yang tidak tepat terhadap anak, akan merugikan anak-anak.Â
Dalam jangka waktu tertentu, anak yang terkena time out akan kehilangan perhatian orang dewasa. Minimal orang dewasa memalingkan muka dan cuek dalam beberapa waktu.
Sejenak kita posisikan diri sebagai orang yang terdampak time out. Kita tersisih dari lingkungan, orang sekitar kita memalingkan muka, rasanya bagaimana?Â
Sepakat apa kata Cita Citata, "Sakitnya tuh di sini." Begitu juga dengan anak-anak, jika mendapat time out dari orang dewasa, dia akan sakit hatinya.Â
Bagaimana Menerapkan Time Out?Â
Mengutip dari beberapa sumber, mendisiplinkan anak dengan cara time out akan berdampak positif pada perilaku anak jika diterapkan dengan benar. Itu pun harus dibarengi dengan teknik pengasuhan lain.
Baca juga Gejala Sosial Anxiety Disorder pada Anak
Ada beberapa strategi time out yang efektif untuk diterapkan pada anak-anak, di antaranya:
Pertama, tujuan time outÂ
Time out bertujuan untuk mendisiplinkan anak, jadi tidak boleh digunakan untuk membuat anak menjadi malu dan takut.Â
Ketika anak berperilaku buruk, beritahu dengan tenang. Jika perilakunya ada konsekuensi, maka konsekuensi bukan berupa hukuman.Â
Contoh konsekuensi yang bisa kita berikan kepada anak adalah menghentikan permainan dalam beberapa waktu.Â
Dengan begitu, ke depannya anak akan berperilaku baik karena tidak mau waktu bermainnya ada istirahat.
Kedua, tentukan tempat
Time out bukan hukuman, untuk itu jangan menyuruh anak-anak masuk ke dalam ruangan yang membuat dia takut sendiri. Juga, hindari mengirim anak ke kamar atau ruang belajar sendirian.
Pilih tempat yang bisa kita pantau, misalnya kursi yang berbeda dengan orang dewasa, tetapi masih dalam satu ruangan.
Ketiga, tentukan waktu
Ketika anak usia 4 tahun berperilaku tidak baik, hentikan permainan dan beri dia waktu 2 menit untuk istirahat.Â
Selama waktu 2 menit tersebut, janganlah kita memarahi atau menceramahinya. Jika masih memberontak dengan waktu 2 menit, kita bisa menambah waktu jeda sampai anak mengatakan, "Aku akan anteng."
Jika kita tidak bisa menerapkan strategi time out untuk mendisiplinkan anak. Bisa juga memakai strategi time in. Di mana, kita duduk dengan anak, sambil berbicara dan menghibur.
Anak yang dirangkul dan diajak berbicara, ke depannya akan lebih disiplin. Berbeda jika anak disuruh pergi menjauh dia akan lebih marah dan tidak teratur.
Sebelum dan setelah memberi time out kepada anak, katakan bahwa kita mencintainya.
Strategi ini hanya bentuk usaha mendisiplinkan anak, jika tidak berhasil, pada akhirnya, sebagai orang tua kita tetap memberikan cinta sepenuh hati kepada anak-anak.Â
Referensi : 1 dan 2
Salam Sehat,
Sri Rohmatiah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H