Ternyata benar, sejak pandemi, waktu saya banyak nganggurnya. Setelah belajar menulis di kelas Pak Cah, saya coba belajar menulis di Kompasiana. Waktu yang tepat untuk menulis saya paling suka setelah salat duha hingga menjelang duhur.
Semua waktu adalah baik, kapan saja kita bisa menulis. Tempatnya pun bebas, di mana.Â
Satu lagi yang pernah ditanyakan Mbak Yulianti, "Referensinya ko keminggris, aku gak bisa baca!"Â sama, saya juga kalau artikel keminggris gak bisa baca. Gelap aja itu tulisan, rasanya.Â
Kebetulan di lapy saya, website berbahasa Indonesia. Saya lupa, kenapa bisa bahasa Indonesia, yang jelas, tidak satu-satu di translate.
Sebagai penutup di centang hijau, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak untuk Pak Cahyadi Takariawan beserta Bu Ida Nurlaela, Pak Tjiptadinata, Bu Roselina Tjiptadinata. beliau adalah inspirasi saya.
Saya juga ingin ucapkan makasih banyak kepada anak bujang saya, Ozy V Alandika, ups ... anak bujang emaknya. Sebelum saya memahaminya, Ozy mengatakan, "Celamaaat, contang biluuu, Bu."
Mbak Siska Artanti, Mbak Yulianti, Mak Ruri, Mak  Leni, sahabat kompasianer, sahabat di KPB, Kepo, EPK, terima kasih banyak. Kakak admin juga.
Selamat tinggal centang hijau, saya akan selalu mengenangmu karena ada 246 artikel dan 28 artikel utama yang telah membawa saya ke centang biru.
Dalam dekapan ukhuwah, kita menulis bersama di Kompasiana.
Salam cinta untuk semuanya.
Sri Rohmatiah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H