Untuk mengatasi rasa cemas pada anak-anak, kita jangan menghindarkan mereka dari situasi yang kurang nyaman. Saya meninggalkan anak menangis dengan gurunya, sekilas tampak tega, saklek. Namun, itu sudah melalui musyawarah dengan guru wali kelas dan guru pendamping.Â
Kita menjauhkan anak-anak dari zona tidak nyaman, bukan ide bagus, karena rasa nyaman akan hilang sebentar. Sebanarnya tetap berada di zona tidak nyaman akan membantu mereka belajar untuk toleran terhadap kecemasan.
Kedua, hormati perasaannya dengan menghibur namun tetap realistis
Ketika anak-anak mengalami kecemasan, hormati perasaannya dengan menghibur mereka. Namun, kata-kata positif yang diberikan kepada anak-anak harus realistis.
"Ibu tahu kamu takut, tapi tidak apa-apa. Ibu ada di sini sama kamu, semua akan baik-baik saja."
"Tenang saja, kamu akan baik-baik saja, kok"Â
Saat kita mengetahui bahwa anak sedang cemas, tidak dianjurkan berkata yang memicu rasa takut anak, "Hiiiihh ada kecoak!" ,"Jangan ke sana, nanti digigit anjing!" atau kalimat yang justru dapat memicu rasa takut yang akhirnya membuat anak cemas.Â
Ketiga, menunjukkan cara mengatasi kecemasan
Seperti yang telah saya katakan, bahwa orangtua pun rentan akan mengalami kecemasan. Ketika di hadapan anak, orang tua biasanya berusaha menyembunyikannya.Â
Padahal, menunjukkan rasa cemas di depan anak tidak masalah, selama kita memperlihatkan kepada mereka tentang bagaimana cara mengatasi rasa cemas dengan tenang. Dengan begitu, secara tidak langsung kita telah mengajari mereka cara menghilangkan kecemasan.Â
Baca juga Mengatasai Sibling Rivalry