Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani N dideso

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

4 Cara yang Bisa Dilakukan Orangtua dalam Mengelola Emosi Balita

5 Agustus 2021   14:01 Diperbarui: 6 Agustus 2021   01:00 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak menangis, emosi anak, perkembangan emosi anak.(Shutterstock)

Kita pernah mengalami atau melihat seorang Ibu belanja ke toko membawa anak balitanya. Ketika melewati tempat mainan, anak mulai menggoyangkan badannya. Menari? Bukan.

Anak tersebut menggerakkan badan sembari menggeret tangan atau baju kita minta berhenti, lalu merengek, menangis, akhirnya mengamuk. 

Ia minta mainan, sementara kita tidak ingin membelikannya. Acara belanja pun menjadi kacau balau. Sebagian orang di sekitarnya mungkin merasa terganggu dengan amukan balita kita, matanya menatap tajam.

"Anaknya tolong didiamkan, Bu!" Ucap seorang ibu tua.

Akhirnya kita memberikan ponsel kepada anak kita dan mendudukkannya di troli. Anak tidak lagi menangis, dia asyik menonton film kartun. Kita belanja dengan tenang, orang lain aman dari suara tangis, semua menang.

Pengalaman saya, waktu itu saya sering datang ke rumah salah satu kerabat yang memiliki bayi. 

Bayinya lucu, saya sering menggendongnya, mengajaknya bermain, nama panggilannya Kaka.

Namun, ketika Kaka berusia sekitar dua tahun. Saya kehilangan momen momong karena Kaka asyik bermain ponsel.

Ibunya Kaka asyik dengan ponselnya, Kaka menikmati film anak-anak di ponsel juga. 

Ketika Kaka salah menyentuh layar dan film berpindah ke chanel lain, Kaka menangis. Ibunya kembali memutar film tadi, Kaka diam.

Setiap kali saya ke rumahnya selalu itu yang dilakukan ibunya Kaka. Saya pun kembali tidak bisa mengajaknya bermain dan bercanda.

Pengalaman kedua, saya datang ke rumah kerabat satunya. Tiba-tiba anak balita yang sering saya panggil Dede itu menangis. Kemudian, ibunya bilang, "Jangan nangis, nanti dikasih pinjem ponsel oleh Bude."

Bude di sini adalah saya. Saya tersentak, itu artinya, kerabat memberi janji kepada anaknya tanpa persetujuan saya sebelumnya.

Dari beberapa kejadian yang saya lihat, semua menggunakan strategi ponsel untuk menghentikan tangisan anak balita. 

Sarah M. Coyne, Ph.D., seorang profesor perkembangan manusia di School of Family Life di Brigham Young University, cara itu disebut "Media Emotion Regulation". Di mana orangtua menggunakan media untuk membantu mengatur emosi sulit anak mereka.

Ilustrasi balita dengan ponselnya (foto shutterstock via kompas)
Ilustrasi balita dengan ponselnya (foto shutterstock via kompas)
Emotion Regulation atau Regulasi Emosi 

Regulasi emosi didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk mengendalikan emosi. Ini bisa dikatakan proses untuk mengenali, mengurangi, menghambat munculnya emosi, seperti marah, sedih, dan sebagainya. 

Marah, sedih pada anak balita ditimbulkan berbagai hal, salah satunya ada yang diinginkan. Namun, orangtua tidak ingin menurutinya. 

Kita pun memiliki cara yang berbeda dalam menghentikan emosi anak, ada yang membiarkan, menuruti, ada juga yang marah-marah. Sebagian dari kita, sekarang memiliki strategi baru yakni dengan ponsel. 

Strategi Media Emotion Regulation

Apakah strategi media emotion regulation efektif dan tidak memengaruhi masa depan anak-anak? 

Sepertinya kita sebagai orangtua harus memikirkan kembali cara yang tepat untuk menghentikan tangisan anak di depan umum terutama di mal.

Sebelum mengambil ponsel dan memberikannya kepada anak balita, tidak ada salahnya kita lakukan dahulu ide-ide di bawah ini.

1. Jangan panik
Ketika anak balita menangis di depan umum, biasanya ibu panik, malu bahkan stres, belanja menjadi tidak teratur. 

Tenang, kita jeda sebentar, tarik napas dalam-dalam. Sambil berpikir, apa yang harus kita lakukan, peluk anak balita dengan penuh kasih sayang.

Dekapan ibu memberi ketenangan dan perlindungan bagi anak. Riken Brain Science Institute di Saitama, Jepang, menemukan bahwa detak jantung bayi yang cepat saat menangis menurun perlahan dalam pelukan ibu.

2. Tunjukkan empati kepada anak
Berbelanja membawa anak balita, tentu kita sudah tahu risikonya, anak akan menangis karena bosan dan kita sendiri kelelahan. 

Namun, kembalikan pada tujuan membawa anak balita belanja. Mungkin salah satunya ingin memberi suasana baru pada anak. 

Jika anak dibiarkan duduk bengong di atas kereta dorong atau troli, dia akan bosan.

Untuk menghilangkan kebosanan anak, sebelum menangis tunjukkan empati. Kita ajak ngobrol dan ekspresikan empati itu. 

Misalnya kita bicara, "Oh, oh, kamu merasa bosan, sedih ya ikut belanja, baiklah sayang, Ibu mengerti." 

3. Keluarkan mainan kesukaan anak
Mengajak bicara anak balita tidak mempan, kita bisa mengeluarkan mainan kesukaannya yang sudah disiapkan di tas. Bisa juga boneka kesayangannya, stiker-stiker lucu, atau buku bergambar.

Mungkin kita sedikit repot harus menyiapkan mainan jika akan pergi. Saya rasa tidak harus memasukkan dan mengeluarkan setiap akan pergi. Kita memiliki tas dan mainan khusus untuk keluar rumah.

4. Jangan merasa bersalah jika tidak memberikan ponsel pada anak balita
Tidak memberikan ponsel kepada anak, bukan kesalahan. Pada zaman nenek kita, bahkan ketika saya kecil, ponsel belum ada, semua aman-aman saja. Jadi kita bukan orang pertama yang menggunakan strategi tanpa ponsel untuk menenangkan anak.

Tips di atas, bisa kita praktikan juga di rumah, misalnya seperti kasus Kaka dan Dede. 

Libatkan anak untuk diajak ngobrol jika ada tamu. Walaupun anak balita bicaranya belum lancar., orang dewasa harus mengikuti, "Kaka, sudah makan belum?" atau "Cantik sekali Kaka memakai baju merah." Dan masih banyak lagi kalimat yang bisa membuat anak kita senang.

Anak mengekspresikan emosi adalah suatu yang wajar, tetapi ponsel bukan satu-satunya alat untuk mengelola emosi anak. 

Ponsel digunakan hanya sesekali saja. Namun, penggunaan ponsel yang jarang, harus di awali dari orangtua dulu terutama Ibunya. Kita bisa membalas chat grup atau bermain game saat anak tidur.

Mari kita belajar bersama-sama mendidik anak-anak.

Tulisan ini terinspirasi dari child meltdowns and media.

Baca juga artikel lain di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun