Satu pekan berlalu, Cici menjadi pendiam. Aku pun menjadi sungkan berbicara dengannya. Waktu berlalu begitu lama, aku masih mengajari gadis ini banyak hal tentang program komputer.
"Bagaimana dengan lamaranku, Ci?"Â
Kali ini Cici sudah terbiasa berhadapan denganku. Dia tidak diam seperti lamaran pertama.
"Bicara saja ke Bapak!"
Girangnya aku saat itu, itu tanda baik kalau Cici menerima.
***
Panggilan dari kantor pusat datang, aku harus segera ke Jakarta. Itu artinya dua pekan tidak bertemu gadis lugu itu.
"Aku tidak masuk untuk 2 pekan ya Ci,"
"Iya Pak, aku mau pindah ke kota kecilku, ada tawaran kerja di salah satu kantor pemerintahan, terima kasih banyak ilmunya."
Deg, Cici resign? Bukan masalah ilmu yang telah aku berikan. Namun, bagaimana kelanjutan niatku untuk menikahinya.
"Nanti datang saja ke rumahku, Pak, sudah aku titipkan alamat ke Pak Penjaga kantor," ujar Cici membuyarkan semua kekhawatiran.