Apakah Cici juga memberi harapan palsu? Apakah ada banyak laki-laki yang terpesona? Sementara keramahtamahan itu bagian dari karakter masyarakat Indonesia.
"Hai jomblo, kamu suka gadis itu kan?" Tiba-tiba ibu yang tadi memanggil Cici menepuk pundak ku.Â
"Tenang, aku bantu ya!" ujarnya lagi.
Sejak saat itu, Cici selalu dipanggil oleh Ibu Senior, selalu ada saja idenya.
"Ci, tolong kasihkan map ke Pak Setia!"Â
Gadis itu manut karena dia memang paling muda dan baru bekerja.Â
Kami masih diam, hanya bisa berkata iya, terima kasih.Â
Suatu ketika Big Bos menyuruhku pekerjaan yang amat sulit.
"Pak Setia, tolong ajari Cici komputer, dalam 7 hati harus selesai, kita membutuhkan tenaga komputer lagi."Â
Tujuh hari, itu artinya aku akan dekat dengan Cici dan bicara banyak. Aaahh kesempatan emas mengenalnya. "Jangan! harus profesional, kedekatan ini bagian dari tugas Big Bos, tidak boleh diracuni urusan pribadi!" Wejangan dari hati yang bersih.
Baiklah hubungan kerja tidak boleh beracun. Namun, selama tujuh hari, aku semakin menyukai Cici. Pesan Ibu pun terlupakan 'jangan tersenyum pada wanita sebelum yakin ingin menikahinya'.
Urusan nanti, yang penting bisa diungkapkan dulu. jodoh kan ditangan Tuhan. Jodoh juga diupayakan. Kembali terngiang ucapan Ibu.
Aku harus berupaya supaya Cici jodohku.Â
"Ci, mau menikah denganku?" Â tanyaku secara tiba-tiba.
Gadis tampak bingung. Dia diam tak bergeming. Aku sendiri salah tingkah, apa benar yang aku katakan tadi?Â