"Ok, sorry, lupakan!" suaraku memecah hening ruang laboratorium. Ruangan di mana aku mengajari Cici komputer.Â
Sebagian karyawan sudah meninggalkan ruangan. Aku pun bergegas meninggalkan wanita mungil yang masih terdiam. Entah sampai kapan dia akan diam di depan komputer.
***
"Lanjutkan arahkan Cici, dia nanti akan masuk tim SIM kita!" kata Big Bos suatu hari.Â
Tim Sistem Informasi Manajemen, adalah sebuah tim untuk memajukan kantor. Big bos punya alasan kenapa Cici yang baru masuk kerja sudah ditarik ke tim SIM. Karyawan lama banyak, mereka tidak kalah pintar. Wanita itu memang hebat, bisa memikat hati Big Bos.Â
Ups jangan berburuk sangka. Segera aku tepis dugaan tentang Cici dan Big Bos.Â
Walaupun gadis itu  murah senyum, dia tampak polos, wajah tanpa make up, bibir tanpa lipstik. Di balik senyumnya ada santun. Bicaranya sedikit malu-malu.Â
Gadis desa, tetapi memiliki kecerdasan. Aku tidak pernah mengulang materi dan tak pernah memberi kesempatan dia untuk menulis.
"Jangan menulis, perhatikan, dengarkan, praktikan!" Setelah itu aku akan meninggalkan dia.Â
Big bos orangnya saleh, dia pun pernah mengatakan,"Cici anak yang cepat tanggap, dalam 7 hari sudah menguasai komputer dengan baik. Saya yakin jika diasah dia akan lebih pintar darimu, Pak Setia!"Â
Bukan masalah Cici akan lebih pintar dariku suatu ketika, tetapi, bagaimana perasaan pribadi ini.Â