Pak Sastro walaupun tidak terjun langsung ke sawah, dia tetap harus ke sawah untuk melihat kondisi tanaman. Pagi itu Pak Sastro mengeluh, "Gara-gara sawah Pak Mitro panen duluan, hama menyerang tanduranku."
Pak Sastro segera mengambil tindakan, menyemprot tanamannya dengan obat insektisida. Jika tidak, padi yang hampir menguning akan habis dimakan hama.
Pak Mitro tidak bisa disalahkan karena waktu tandur tidak bisa bersamaan, mesti ada jeda beberapa hari antara sawah satu dengan sawah lainnya.
Pak Sastro dan Pak Mitro, setiap hari harus memeriksa kondisi tandurannya, apakah cukup pengairan atau kurang. Jika kurang dia harus mengairi sawahnya.
2. Kuat rohani
Pagi itu ada berita viral di sawah, ada petani di desa sebelah mendadak meninggal. Alasannya dia kaget setelah mengetahui gagal panen. Sawah tiga petak diserang hama. Modal habis,dia malah meninggalkan utang yang menumpuk.
Hasil panen tidak bisa diprediksi, banyak faktor yang mempengaruhi, seperti perawatan, cuaca. Butuh kewarasan dalam menyikapi hasil panen. Seorang bos harus siap dengan segala situasi.
Terkadang ada yang megeluh jika hasil panen hanya mendapatkan beberapa kwintal untuk satu petak. Belum lagi harga padi saat panen, bisa anjlok. Intinya seorang bos harus banyak bersyukur, berapa pun hasil panen itu rezeki.
3. Mengetahui dunia sawah
Memiliki kemampuan dibidangnya bukan bos perusahaan atau kantor saja. Sebagai bos di sawah juga harus mumpuni perihal tanah, jenis tanaman, obat-obatan pertanian. Mumpuni bukan saja dari hasil kuliah, tetapi, bisa dari membaca, pengalaman, berbagi pengetahuan dengan kawan. Jika berbagi informasi, bos harus peka, tidak semua informasi bisa ditanggkap mentah, harus ada pengolahan nalar, harus difilter terlebih dahulu.
Contohnya, Pak Mitro mendapat informasi bahwa untuk membasmi rumput di sawah bisa menggunakan solar. Pak Mitro percaya dengan informasi itu. Dia langsung menyemprotkan solar ke tanaman padinya yang subur hijau.