Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama FEATURED

Menerapkan Peribahasa Sunda dalam Kehidupan Sehari-hari

11 Juni 2021   17:35 Diperbarui: 20 Januari 2022   07:45 3528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto seseorang bekerja di sawah/foto milik Sri Rohmatiah

Sahabatku yang berbahagia,

Peribahasa sudah tidak asing lagi di telinga kita. Sejak kecil sudah diajarkan guru melalui pelajaran bahasa Indonesia atau bahasa daerah masing-masing. Peribahasa pun sering digunakan orang tua sebagai pepatah, nasihat atau pengingat. Namun, apa sih sebenarnya peribahasa itu?

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI V tahun 2016, peribahasa sebagai kolompok kata atau kalimat yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu (dalam peribahasa termasuk juga bidal, ungkapan, dan perumpamaan).

Selain itu peribahasa didefinisikan sebagai ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah laku.

Mengutip dari laman kompas.com, Edwar Djamaris dalam Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik (1984), peribahasa tidak saja merupakan mutiara bahasa, bunga bahasa, tetapi juga suatu kalimat yang memberikan pengertian yang dalam, luas, tepat, disampaikan dengan halus dan dengan kiasan.

Walaupun dengan bahasa yang berbeda, setiap daerah yang ada di Indonesia bahkan negara lain memiliki peribahasa. Namun, seiring perkembangan zaman. Anak-anak sekarang sepertinya tidak mengenal peribahasa daerahnya.

Untuk peribahasa berbahasa Indonesia, mereka sudah tahu dan hafal. Namun, ketika ditanya penerapan dalam kehidupan sehari-hari, sangat sedikit yang mengerti. Seperti saya dahulu, ketika orang tua sering menggunakan peribahasa daerah untuk menasehati, saya hanya sekadar tahu.

Contoh peribahasa daerah yang digunakan orang tua :

1. Kudu Silih Asih Silih Asah Jeung Silih Asuh.

Kalimat ini sering diucapkan ketika saya berantem dengan adik atau kakak. Bapak akan menasehati dengan kata, "Jeung dulur teh kudu silih asih, silih asah, silih asuh!"

Saat itu saya hanya bisa mengartikan jangan berantem terus.

Pepatah ini sebetulnya sudah menjadi pandangan hidup orang Sunda dan harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bukan saja dengan saudara, tetapi sesama.

Silih asih artinya saling menyayangi, Silih asuh artinya saling membimbing, silih asah artinya saling mencerdaskan.

2. Cai Karacak Ninggang Batu Laun-laun Jadi Dekok

Peribahsa ini artinya jika tetesan air yang kecil terkena batu, lama-lama batu tersebut akan berlubang walaupun tidak dalam. Paling tidak meninggalkan bekas.

Pepatah ini sering diungkapkan Ibu ketika saya mengeluh tidak bisa belajar. Rasa putus asa ingin berhenti belajar, "Sok sing sabar belajar, lama-lama ya bisa, batu juga yang begitu kerasnya bisa berlubang gara-gara air satu tetes. Jika tidak bisa hapal satu hari, ya dua hari, jika gak bisa dua hari ya satu bulan."

Intinya kita harus semangat belajar, sabar, berusaha.

3. Kudu Hade Gogog Hade Tagog

Makin susah ya peribahasa daerah? Kalau susah tidak perlu dihafalkan kalimatnya, cukup praktikan karena kita tidak sedang ujian, hehe ... lanjut ya artinya.

Kudu hade artinya harus baik. Gogog artinya bicara. Tagong asal kata dari teteg yang artinya perilaku. Jadi selain kita harus baik dalam berbicara, juga harus baik dalam berperilaku kepada sesama. Ucapan yang baik harus disesuaikan dengan perilaku yang baik pula.

4. Pondok Jodo Panjang Baraya.

Ada pertanyaan, kenapa sih kita sudah baik dalam ucapan, baik berperilaku. Namun, ketika menjalin hubungan dengan seseorang ko diputusin? Alay pantesan diputusin! Abaikan, itu kata stiker. Hehe ...

Orang tua yang bijak akan berkata kepada calon menantunya atau menantunya dengan sabar, "Ya sudah, bukan jodohnya, pondok jodo, panjang baraya wae ayeuna mah!"

Pepatah ini saya dengar dari Bapak ketika seorang laki-laki datang ke rumah membatalkan pernikahan. Tentu sakit hati diputusin, tetapi, jangan lah memanggil dukun untuk bertindak. Pepatah orang tua saja sudah cukup menyejukkan.

Menjalin persaudaraan itu banyak manfaatnya, selain menambah rezeki, juga memanjangkan umur.

5. Kudu Bisa Kabulu Kabale

Nah ini boleh dipraktikkan bagi mereka yang menjalankan hijrah, pindah tempat tinggal, pindah tempat pekerjaan.

Kudu Bisa Kabulu Kabale artinya harus bisa menyesuaikan dengan lingkungan di mana pun berada.

Pepatah ini Bapak sampaikan ketika saya ikut suami pindah ke daerah Jawa Timur. Ada tambahan lagi, "Sing bisa nitipkan diri ya, di lembur batur!" ini bukan peribahasa, tetapi pepatah Sunda artinya harus bisa menitipkan diri di kampung orang lain.

6. Ka Cai Jadi Saleuwi, ka Darat Jadi Salogak

Peribahasa ini disampaikan bagi mereka yang hendak melakukan kerja sama. Harus ada persamaan visi, misi supaya tujuan bisa tercapai.

Kerja sama di sini bukan soal pekerjaan di kantor saja, melainkan kebaikan lainnya, termasuk pernikahan. Dalam pernikahan, suami istri harus menentukan visi dan ada kerja sama yang baik, supaya sakinah mawadah warohmah.

Semoga peribahasa di atas dapat bermanfaat khususnya bagi diri saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun