Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Kiat-kiat Belanja Online Anti-galau

21 Mei 2021   20:54 Diperbarui: 30 Mei 2021   07:32 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belanja online. (sumber: Freepik/Snowing via kompas.com)

Sahabatku yang berbahagia

Akhur-akhir ini kita dihebohkan dengan video pendek tentang seorang ibu yang marah karena tidak puas dengan kiriman belanja online. Parahnya sang anak jadi api dalam kemarahan si ibu.

Apa kita harus menyalahkan si kurir yang tidak tahu apa-apa tentang pesanan si ibu? atau menyalahkan si ibu? Kalau ditanya, jujur deh kita juga pernah kecewa ketika belanja online. Namun, tidak galak mengeluarkan sumpah serapahnya.

Supaya belanja online tentram, anti galau dan sesuai harapan, banyak kiat-kiat yang ditawarkan teman-teman. Saya setuju dengan kiat tersebut. Saya juga punya kiat-kiat berbelanja online supaya tidak galau, semoga membantu.

  • Meningkatkan sabar

Belanja online memerlukan kesabaran, etikanya sama seperti ketika kita belanja di supermarket. Pesan singkat di aplikasi sama seperti kita bertutur secara berhadapan.

Pesan online juga sama tidak selancar jalan tol, pasti ada kendala, entah itu pengiriman barang macet, barang tidak sesuai atau yang lainnya. 

Ketika berhadapan dengan permasalahan. Orang yang memiliki karakter baik, dia akan berkomunikasi dengan baik pula. Nah, untuk bersikap baik, perlu kiranya mengolah emosi.

Namun, karena kita sebagai konsumen sudah sabar, toko online juga harus memperbaiki layanan. Saya pernah memesan sepatu. Alamat sudah jelas, tertera mulai dari jalan, desa, kecamatan, kabupaten dan provinsi. Ketika dilacak, toko mengirim ke daerah Sumatera. 

Ketika komplain, jawabannya sedang dalam proses. Tiap hari komplain secara baik-baik. Hingga pada akhir waktu mendapat jawaban yang tidak mengenakkan, katanya sudah di luar waktu untuk komplain. Akhirnya barang hangus, uang ke laut.

Walaupun mangkel, sabaaaarrrr.

  • Tambah pengetahuan mengenai produk

Belanja online, kita tidak memegang, meraba atau menerawang seperti ketika di supermarket. Namun ada deskripsi mengenai barang yang kita pilih.

 Kalau kita tidak tahu tentang produk, percuma juga membaca deskripsi. Misalnya ketika akan membeli baju. Perlu kita tahu jenis bahan, seperti katun, hero, polyster, spandek, linen dan sebagainya.

Mengenai ukuran juga penting kita ketahui, mulai dari lebar dada, panjang tangan, lebar punggung, panjang baju dan sebagainya. Ketika ada penjelasan di kolom deskrip, bisa kita ambil penggaris atau meteran baju. Ukuran yang ada di deskripsi bisa kita praktikan pada badan atau baju kita

Untuk produk lain juga sama, kita harus menambah pengetahuan tentang produk tersebut.

Naaah belanja online tambah pinter kan?

  • Bercermin

Ngaca diri, duh ko saklek ya sarannya. Hehe maaf, saya pernah lihat postingan atau keluhan dari teman.

"Waah ... di iklan foto baju itu bagus,  pas dipakai sendiri ko jelek," gerutu seseorang sambil memajang foto iklan dan foto dirinya. Kalau boleh jujur, jelas saja iklan bagus, modelnya tinggi kurus, camera yang dipakai juga memiliki resolusi tinggi. 

Jadi jangan heran dengan iklan.  Yang orang lain bagus belum tentu cocok dengan diri kita. Jadi jangan terobsesi dengan barang bagus .

Kisah teman juga mungkin hampir mirip dengan saya jika membeli baju, tetapi, saya tidak pernah membeli baju secara online. Alasannya karena saya terlalu sering bercermin dan mengukur diri. Dengan tubuh mungil tidak mungkin membeli baju tanpa dicoba.

  • Perhatikan ulasan

Suatu pagi saya mendengar percakapan teman yang asyik bercerita kalau telah belanja baju seambrek lewat online. Dia mendapat saran dari kurir, "Besok kalau mau beli lagi baju, baca ulasannya, Bu!" Boleh, ide bagus tuh. Namun, aku sih hanya percanya 50 persen saja.

Setiap orang seleranya kan berbeda-beda. Mungkin yang menulis "memuaskan" di kolom ulasan, pesanan sesuai dengan seleranya. Atau sebenarnya tidak memuaskan, tetapi si pembeli tetap kasih rating bagus karena merasa gak penting juga. Suudzon? 

Ya ... namanya juga dunia maya, kita tidak tahu sebenarnya. Hati-hati kan boleh saja.

Seperti yang pernah dilakukan anak saya ketika kiriman datang. Dia memberi rating tinggi, tetapi, kenyataan barang itu dibiarkan saja dengan alasan tidak enak dipakai. Saya menilai bukan hendak berbohong atau membohongi publik. 

Rasa empati anak kepada kurir dan toko online yang tinggi. Dia juga menyadari kalau belanja online ada banyak resiko dan konsekuensinya harus ditanggung.

Nah intinya, sabar, hindari perkataan buruk kepada kurir atau pesan singkat. Komplain boleh saja, tetapi, sampaikan dengan tutur yang baik dan sopan.

Saya mengingatkan diri sendiri, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun