Satu tahun setelah menikah, aku sengaja silaturahmi ke kantor. Ada celotehan yang bikin aku kaget.
"Neng, sering ada yang telepon dari Kota Uwu namanya Pak Anu," ujar salah satu teman.
Aku senyum, "Masa sih, Bu?"
"Ho oh, ibu jawab saja kalau si Neng sudah nikah, tidak kerja lagi."
"Trus ....?" Aku jadi kepo.
"Awalnya dia tidak percaya, telepon lagi, telepon lagi, lama-lama dia bosan sendiri," ujarnya si Ibu.
Dia ternyata masih mencari. Mungkin dari sudut matanya aku tega, sadis. Namun, kita kembalikan kepada rencana Tuhan. Manusia hanya bisa berencana, berharap. Berharap dia jadi pasangan dan bahagia dunia akhirat.
Menikah itu untuk seumur hidup, jangan paksakan jika orang tua tidak restu. Kebahagian diawali dari doa-doa orang tua yang ikhlas. Ikhlas anak gadisnya dititipkan kepada orang yang bisa dipercaya.
Bahan bacaan :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H