Bapak Ira sih menyambut gembira karena melihat tata krama laki-laki yang sopan, sudah memiliki pekerjaan tetap. Standar orangtua mungkin PNS gitu seperti Bapaknya yang PNS.
"Namun, pekan depan akan pergi pelatihan ke Tasikmalaya, setelah itu ada tugas ke Aceh selama satu tahun. Minta bersabar menunggu satu tahun." Panjang kali lebar kali tinggi dia menjelaskan sama dengan berapa ya? haha ...
Pada mulanya mungkin Ira merasa berat harus berpisah selama satu tahun, tetapi karena setiap pekan mereka rajin telpon, jauh pun akan terasa dekat. LDR-ran tidak terasa, hingga bulan keenam mereka rajin komunikasi baik telepon atau surat. Sayangnya belum ada namanya Hp, facebook, IG atau Wa, nelpon pun memakai telepon kantor dan sering jadi ledekan teman-temannya.
Ledekan dianggap sebagai penyemangat bagi Ira untuk menunggu, menunggu dan menunggu hingga awal tahun berikutnya. Belum genap tujuh bulan, telepon dan surat, tiba-tiba terhenti. Surat-surat yang dikirim tidak ada yang dibalas, telepon kantornya yang biasanya mudah tersambung, tiba-tiba terputus begitu saja.
Waktu berjalan hingga tanggal kedatangan tiba. Teman-teman kantor sudah siap-siap menerima undangan pernikahan Ira. Bapaknya sudah bahagia akan memiliki mantu. Namun, gadis itu sendiri merasa was-was karena enam bulan kedua laki-laki itu tidak pernah kirim kabar. Satu pekan sebelum kekasihnya kembali, gadis penunggu jodoh itu shalat istikharah meminta petunjuk, terbaikkah dia?
Ada sebuah mimpi, tetapi, ketika Ibunya mendengar penuturan tentang mimpi, dia hanya berkata, "Itu bunga tidur!" Mengabaikan mimpi itu jalan yang ditempuh Ira.
Malam itu ada dua orang tamu laki-laki dan perempuan muda. Wajah laki-laki itu tidak asing lagi, sedangkan perempuan muda tidak ada yang mengenalnya.
"Sebelumnya saya mohon maaf Pak, mungkin bukan jodoh dengan putri Bapak, Saya telah menikah dan perkenalkan ini istri saya," tuturnya sangat jelas hingga terdengar oleh Ira yang masih ada kamar.
Ini peristiwa jantung copot untuk kedua kalinya bagi Ira.
Dalam kasus seperti Ira, Ira tentu akan sakit hati, begitu juga orangtuanya. Merasa dipermainkan, tentu sempat ada di benak kita jika mengalami hal serupa. Namun di balik itu semua, kita tidak tahu takdir baik sudah disiapkan Tuhan untuk kita. Laki-laki itu bukan terbaik untuk Ira tetapi baik bagi perempuan lain.
Aku pernah mendengar dari salah satu sahabat. "Sedih, kecewa, marah, boleh saja, kita punya hak untuk bahagia, jangan memikirkan hal-hal yang dia tidak memikirkannya. Jika kita menjalin hubungan dengan lawan jenis persiapkan dua hal, pertama siap untuk menikah dan kedua siap jika tidak jadi menikah."