Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Liku-liku Membuat Buku Antologi

20 Februari 2021   19:44 Diperbarui: 21 Februari 2021   04:17 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku masukkan ke diary ya karena aku berpikir ini catatan kecil tentang perjalanan pertama kali membuat buku, dan pertama kali aku belajar menulis. Manulis buku bagi pemula seperti aku tentu lebih mudah dengan mengikuti antologi, yaitu satu buku ditulis oleh beberapa orang. Kita cukup menulis kurang lebih sepuluh halamann dengan spasi normal.

Buku antologi pertamaku adalah bersama teman-teman di kelas menulis. Di kelas Menulis Online atau KMO mungkin aku termasuk bukan orang yang rajin menyimak materi, tetapi rajin menyimpan materi. Ketika ada tugas membuat resume, ketiduran sering menjadi alasan, anehnya, kalau tugas selalu lebih dulu. Ko bisa? Jangan-jangan minta tolong orang mengerjakan tugas? Tidak dong, putraku yang paling rajin membangunkan.

"Mamah, laptopnya mau jatuh, bangun!" atau

"Mamah, baterai laptop habis!"

Selain sibuk melawan kantuk, aku sibuk dengan tugas baru di KMO yakni sebagai penangung jawab dalam pembuatan dua buku antologi. Terbayang kerja kerasnya, bagi yang sudah terbiasa itu pekerjaan mudah, tetapi bagiku lumanyan berat. Namun, dari situ aku mulai belajar, belajar menata waktu supaya lebih bermanfaat. 

Proses penyusunan naskah, Pak Cah sendiri banyak membantu, mulai dari pembuatan outline, pemilihan desain cover hingga editing. Ada beberapa teman juga yang membantu dalam proses proofreading sebelum naskah masuk ke penerbit. Sebetulnya pihak penerbit menawarkan proofreading, tetapi, kami inisiatif untuk rapih sebelum diterima pihak penerbit.  

Naskah yang masuk waktu itu ada 64, walaupun tidak dibaca detail, Pak Cah paham naskah mana yang layak terbit atau tidak.

"Naskah punya si A, suruh ganti, sensitif!" tegas Pak Cah.

"Paragraf ke-3 milik si C, bagusnya begini!" sarannya juga.

"Penulisan nama penulis disamakan semua, jika memakai gelar, semua pakai!"

Aku yang baru terjun ke dunia menulis, tentu kepo. Mungkin yang lain tidak  akan sabar dengan sikapku yang super cerewet.

"Sensitif itu seperti apa ya, Pak?"

"Kasihan Pak, kalau suruh nulis lagi."

"Outline itu seperti apa?"

Oh Tuhan, jika ingat itu rasanya malu sekali, Usiaku yang sudah menjelang 50 tahun tidak mengerti apa-apa.

Sensitif, Ketika Pak Cah menilai naskah yang sensitif, aku mengambil kesimpulan, jangan menulis yang bisa menyinggung orang lain. Misalnya menjelek-jelekkan seseorang dengan menyebut namanya. Seandainya cerita fiksi jenis novel atau cerpen, boleh saja karena itu imajinasi, nama, sifat tentu ada yang sama. 

Outline, Dalam pembuatan antologi, tema sudah ditentukan, tetapi, itu secara luas. Contohnya tema pendidikan, penulis ada yang menulis pendidikan untuk anak PAUD, untuk umum, untuk remaja. Di situ kita memerlukan rancangan tulisan. Naskah yang ada dikelompokkan ke dalam outline. Aku membacanya satu persatu untuk mengetahui isi naskah.

Menurutku seharusnya penulis menyertakan sinopsis untuk memudahkan pengelompokkan. Akan tetapi, kami baru belajar semua, yang penting nulis, kumpulkan naskah, terbit.

Cover, Ternyata membuat cover untuk buku bersama lumanyan pusing, perbedaan pendapat sering terjadi, tetapi perbedaan mendekatkan kami.

Mungkin itu liku-liku yang aku alami, selebihnya akan terukir di dalam hati sebagai kenangan terindah dalam hidup.

Semangat menulis,

20 Februari 2021

Sri Rohmatiah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun