Dear Sahabat,
Suratmu membawa duka yang mendalam bagiku. Jika aku berada dekatmu, jadikan pundakku sebagai sandaran, tumpahkan kesedihan karena ditinggal imam hidupmu. Kematian memang akan terjadi, tetapi ditinggal tulang punggung secara tragis menyisakan kepedihan.
Besabar dan ikhlaslah! Kepedihan demi kepedihan akan membuat kita kuat dan semakin bersyukur. Dengan musibah, itu tandanya Tuhan sangat mencintaimu, memperhatikanmu. Aku tidak menyuruhmu untuk tertawa atas bencana yang terjadi di kampungmu yang merenggut nyawa suamimu. Tidak ada yang terjadi di muka bumi ini, tetapi atas izin Allah Swt., dan semua orang harus kita syukuri.
Kita sebagai manusia tidak akan luput dari berbagai cobaan, cobaan itu merupakan ujian supaya Tuhan  bisa melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang ingkar.
Aku ingatkan kembali kisah seekor burung, ia berada di padang pasir dalam kondisi sakit, tidak ada bulu satu pun di tubuhnya, tidak ada makan, tidak ada minum. Tubuhnya lemas tidak bisa digerakkan.
Ketika datang seekor burung merpati, bertanyalah burung malang itu.
"Hendak kemanakah?" Merpati itu menjawab, "Aku akan ke surga."
Burung malang itu berpesan, "Tolong tanyakan kapan penderitaan itu akan berakhir?" Burung merpati menyetujuinya dan ketika sampai di pintu surga, ia menyampaikan pesan dari burung malang kepada malaikat pintu surga.
"Selama tujuh tahun ke depan hidup burung tersebut akan menderita, tidak ada kebahagian," kata malaikat.
Burung merpati minta solusi supaya burung malang itu tidak menderita.
Sang malaikat berkata, "Katakan padanya untuk selalu berdoa, "Alhamdulillah alla kulli haal."
Burung merpati segera menyampaikan pesan tersebut kepada burung malang.