Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani N dideso

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Makna Bebet, Bibit, dan Bobot dalam Pernikahan?

14 November 2020   17:27 Diperbarui: 14 November 2020   17:31 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Maksudnya bagaimna, Nek?" tanya wanita muda penuh keheranan

"Kamu itu, cantik, berpendidikan, pekerjaan bagus, kita dari keluarga bedarah biru. Harusnya pilihlah laki-laki yang sederajat. Lihat bebet, bibit, bobot." Sang nenek menjelaskan panjang lebar.

Bebet, bibit, bobot. Ini adalah purwakanthi jenis guru swara yang sering dipakai untuk menasehati memilih jodoh. 

Bebet maksudnya adalah kesiapan seseorang dalam memberi nafkah, ini kebih ke faktor ekonomi apakah orag ini memiliki pekerjaan, penghasilan yang mapan. Atau mungkin apakah sudah memiliki rumah pribidi, penghasilan tinggi, kendaraan pribadi, lhoh ko jadi matrealistis? He.Bisa juga dikaitkan dengan watak pasangan, pergaulannya dengan lingkungan, teman

Bibit, maksudnya adalah silsilah keturunan. Apakah pasangan berasal dari keluarga baik-baik, beragama, berbudaya, berakhlah,

Bobot, meliputi kepribadian pasangan, apakah pasangan bertanggung jawab, cukup dewasa dan dapat diandalkan dalam hal rumah tangga. apakah pasangan orang yang cerdas, berpendidikan, ganteng, cantik, dan lain-lain.

Di dalam Islam semua itu terangkum dalam satu kriteria yakni sekufu. Sekufu secara bahasa adalah sebanding atau kesetaraan dalam hal sosial, kedudukan, nasab dan sebagainya. Hal ini kita belajar dari kisah Zaid bin Haritsah radhiyallahu 'anhu dan Zainab binti Jahsy radhiyallahu 'anha. Keduanya menikah atas dasar ketaatan kepada Allah Swt. Karena Zaenab berasal dari keluarga yang memiliki strata sosial tinggi dan kemuliaan, kekuasaan dan jabatan tinggi sedangkan Zaid adalah seorang budak yang diangkat anak oleh Rasullah Saw. Sehingga Zainab tidak bisa menghargai Zaid sebagai suaminya dan selalu menjauhinya. Pernikahan mereka pun tidak berlangsung lama. Jika kasus seperti ini terjadi pada sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, apalagi kita?

Banyak contoh kehidupan rumah tangga di seputar kita mengalami hal serupa dengan kisah Zaid dan Zaenab. Pengalaman tersebut tidak ada salahnya dijadikan pelajaran bagi anak-anak remaja yang sedang dalam menentukan pilihan.

3. Menyenangkan jika dipandang

Tidak bisa dipungkiri, wajah cantik atau ganteng selalu menyenangkan dipandang mata, Namun kita juga harus menyadari bahwa keduanya relatif, bagaimana kita menilai. Kecantikan dan kegantengan terpancar dari hati yang bersih, perilaku yang menyenangkan.

Isteri Tsabit bin Qais mengajukan gugatan cerai (khulu) karena suaminya memiliki kekurangan dari sisi rupa dan fisik yang membuat hatinya berontak dan takut terjerumus dalam kekufuran sehingga ia datang kepada Rasulullah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun