Mohon tunggu...
Sri Rahayuni
Sri Rahayuni Mohon Tunggu... Guru - Womanprener

Aku berfikir maka aku berdzikir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sajak Kita: Aku Adalah Aku, Menjadi Diriku yang Penuh dengan Pilu!

18 Februari 2020   00:11 Diperbarui: 19 Februari 2020   11:54 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mulai dikenal banyak orang, dan mulai popular. Aku menjadi seorang periang, aku mulai membuka kehidupan baru dengan menjadi aktivis kampus, aku si pemberani, aku si percaya diri, aku si cerdas dan aku si perempuan paling beruntung. 

Aku ingin bebas mengepresikan hidupku dimasa kuliah, aku ingin banyak wawasan, aku ingin bebas dari kekangan, aku ingin banyak teman, aku harus comloud, aku harus banyak prestasi, aku harus berorganisasi kembali. 

Dan ibuku sangat mendukung penuh atas semua cita-cita dan harapanku. Beliau mulai membebaskanku, karena ia sudah faham bahwa aku sudah bisa menjaga diri dengan baik. 

Dahulu, ketika aku sempat benci terhadap kekangangan kedua orangtuaku, sekarang aku sangat menyayangi Ayah dan Ibuku, aku mulai merasakan kehangantan dan kasih sayang mereka, aku mulai tidak ingin jauh-jauh dari mereka, aku ingin sekali membahagiakan mereka se segera mungkin. Aku saangat sayang mereka karena mereka mulai mendukung cita-citaku.

Namuunn....................selalu ada saja orang yang membuatku tidak nyaman, kakak ku, ia sangat overprotektif, melarang-larang aku untuk tidak berorganisasi, menuduh aku anak yang bandel, tidak tahu diri, tidak menyayangi orangtua, seolah mindset dia aku itu harus sama dengan dirinya. 

Aku tidak boleh banyak tingkah, cukup belajar dikampus, tidak bolehenjadi aktivis jalanan yang ikut demo gak jelas, aku itu harus kerja, aku harus mandiri. Dan itu merupakan cambukan untuk diriku, namun cambukan itu membuatku masih tetap terus ingin membuktikan bahwa aku bisa berprestasi dan membuat sejarah hingga aku dikenal. 

Namun ketika aku sudah bisa membuktikan itu semua, kakaku tetap saja tidak mendukung apa yang aku inginkan, sampai suatu ketika aku melamun sendiri dan bingung apa yang mesti aku perbuat selanjutnya, karena seringnya aku diberi nasihat buruk dari kaka sehingga membuat hati ini sakit, sampai hari ini dampaknya aku melihat kaka sendiri itu takut, berhadapan dengannya selalu penuh dengan kecemasan, Hingga aku tak pernah ingin membuka komunikasi lagi, aku sering mengalah, aku lebih baik diam, aku lebih baik dipandang salah oleh dia, aku kecewa berat, sakit hati yang sangat dalam, sering aku melamun sendiri, nangis sendiri, mengurung dikamar sendiri. 

Namun disisi lain aku masih punya kawan-kawan yang selalu mensuport aku, aku bahagia bisa berhimpun dan hidup dalam lingkungan organisasi, yang rasa kekeluargaan itu sangat kuat, ikatan emosional yang terjalin lebih dari sekedar teman benar-benar aku rasakan. Aku bahagia punya mereka yang selaku mensuport dan membimbingku kemanapun aku melangkah.

Di masa kuliahpun aku mulai mengenal lelaki, mulai ada yang menyukaiku,namun aku selalu berusaha selektif dalam memilih pasangan hidup. 

Aku mulai memantaskan diri dan serius mencari lelaki yang layak untuk menjadi pendamping hidupku. Kau tau sendiri, dua lelaki yang sempat aku ceritakan kepadamu yang menjadi mantanku. Maaf aku tak sempat cerita satu lagi, mungkin ini saatnya aku membuka diri segala hal tentang diriku kepadamu, sebetulnya aku malas dan tak ingin menceritakan ini kepadamu, tapi ada salahsatu penyakit yang membuat diriku menjadi seperti ini, yang terkadang aku sendiri tak faham apa yang aku rasakan dan yang aku perbuat. 

Yaa...ini pengalaman pahitku dalam menjalin asmara, ada lelaki yang memberi harapan lebih terhadapku dan keluargaku, bahkan aku merasa yakin bahwa ia akan benar-benar menikahiku diwaktu yang sudah ia rencanakan, namun ditengah perjalanan kami menjalani taaruf, dia sendiri yang mematahkan harapan, ia yang berniat menikahiku dengan segera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun