Mohon tunggu...
Sri Rahayuni
Sri Rahayuni Mohon Tunggu... Guru - Womanprener

Aku berfikir maka aku berdzikir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sajak Kita: Aku Adalah Aku, Menjadi Diriku yang Penuh dengan Pilu!

18 Februari 2020   00:11 Diperbarui: 19 Februari 2020   11:54 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kau tak pernah tau bagaimana aku bisa sebesar ini,Kau tak pernah tau, bagaimana masalalu dan sulitnya aku untuk bisa bertahan hidup sampai bisa seperti sekarang ini, sampai aku bisa merasakan kebahagiaan mengenal dirimu, menjadi orang yang dikenal, menjadi pribadi yang disukai banyak orang, menjadi pribadi yang periang, sampai aku bisa melewati masa-masa sakit itu dengan sendirinya.

Sebetulnya tidak begitu penting untuk oranglain tau tentang bagaimana diriku, karena oranglain tidak butuh penjelasan akan hal itu, hanya saja aku perlu menceritakan tentang diriku terhadapmu. Aku ceritakan sekilas tentang masa kecilku, dan kau harus tau itu.

Dahulu, Aku terlahir dari kalangan keluarga yang berada. Ayah pembisnis dan terkenal dermawan dimasanya. Sehingga Ayahku menjadi Tokoh masyarakat di Desa.

Ibuku bagi mereka beliau adalah perempuan hebat, dari tahun 2000an beliau aktivis Desa, aktif di PKK dan berbagai kegiatan keagamaan lainnya. Namun, ada yang mengganjal dari keharmonisan keluargaku saat itu, walaupun bagi oranglain kita punya segalanya tapi kenapa bagiku aku tidak memiliki segalanya, aku tidak merasakan ketentraman dikeluarga ini, ini pasti ada yang salah. Pikurku.

Oke aku akan mnceritakan latarbelakang diriku sendiri. Ibuku mempunyai 4 orang anak, Kakakku yang paling besar meninggal saat ia masih bayi, dan aku terlahir menjadi anak yang ketiga dari empat bersaudara. Aku lahir menjadi anak yang lucu, orang-orang senang melihatku karena parasnya yang seperi boneka dan mempunyai bulumata yang panjang.

Tetapii inilah kepribadianku, Di usia 2-7 tahun aku mengalami rasa takut pada manusia, aku takut oleh manusia, aku takut oleh pengantin, aku takut oleh kuburan,  dan kejadian rasa takut itu aku ingat sekali sampai sekarang, aku juga sering terjatuh dan kecelakaan, hingga mentalku lambat untuk berkembang. 

Sekarang Aku mempunyai satu orang kakak dan satu orang adik. Ayahku baik hati, apapun yang diinginkan anaknya slalu dikabulkan, kecuali keinginanku. Dahulu aku merasa menjadi anak yang ditirikan, aku ingin ini tidak diberi, aku ingin itu tidak dikasih, hingga aku merasa aku tak berguna menjadi anak mereka, semasa SD aku sering melamun sendiri, aku kurang beradapasi dan bersosialisasi dengan teman-teman di Sekolah, aku menjadi anak yang kuper dan pasif, sungguh anak yang termarjinalkan,karena aku tidak bisa bergaul.

Ketika ada PR aku selalu minta bantu sama Ibuku, ketika tidak bisa mengerjakan Ibuku slalu marahin aku, dan aku masih ingat itu, kejadian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, didikan Ibuku yang tegas dan keras, dengan nada suara yang selalu tinggi seolah membentak ini, semakin aku sulit mengerjakan dan otak malah semakin tegang.  ketika dibentak saat itu mentalku semakin down, aku masih ingat itu. 

Aku akui kakaku pintar dalam segi akademik, adiku juga, tapi aku tidak sepintar mereka,juaraku dikelas paling besar hanya pernah mendapatkan peringkat Tiga saat SD, namun aku punya potensi dalam segi non akademik, dibalik pendiamnya aku, aku bisa berpidato, menulis puisi, merangkai cerita, membuat kaligrafi, bernyanyi, dan aku pernah mengikuti lomba kejuaraan itu semua.

Yang paling aneh sepanjang perlombaan, ketika aku dapat juara pidato ditingkat kecamatan dan punya kesempatan untuk maju ketingkat kabupaten, ibuku melarangku untuk maju ketahap selanjutnya, padahal persiapan sudah aku lakukan, entah karena apa, padahal peluang untuk menjadi siswa berprestasi semakin dekat.

Singkat cerita, memasuki masa SMP, disitu aku mulai mendobrak rasa Malu yang menjadi penghalang berkembangnya hidupku, aku mulai membuka diri dan mengakrabkan diri dengan teman-teman baru di smp, aku mulai memasuki banyak organisasi. Sehingga aku dibesarkan dan dikembangkan diorganisasi. 

Aku jadi seorang pemberontak, pemberani, aku banyak bergaul dengan teman-teman diluar, aku mulai banyak digemari oleh teman-teman sepergaulanku, aku benar-benar berubah 360 derajat, yang masa SD aku pendiam, di masa SMP aku cerewet dan banyak bergaul. Namun dimasa inilah orangtua mulai cemas akan pergaulan diriku.

Mulai banyak kekangan dari orangtua dan Kakak. orangtuaku mengira aku nakal, aku anak yang bandel karena sering main-main dan motor-motoran, kumpul-kumpul bersama teman-teman. Tapi disisi lain aku juga membuktikan kepada mereka bahwa aku bisa berprestasi, aku bisa seperti kakak, aku berhak meminta apa yang aku inginkan, aku berhak merasakan kasih sayang tanpa kekangan keluargaku, aku tak mau dibeda-bedakan, aku buktikan dengan mendapat juara kelas dan mengikuti banyak perlombaan di organisasi. 

Dan dikelas aku selalu masuk struktur strategis, seperti sekretaris,atau bendahara, sainganku selalu berat, mereka yang mempunyai paras cantik dan pintar selalu menjadi sainganku dalam hal percintaan maupun prestasi, dan aku tak mau kalah dengan mereka. Masa SMP adalah masa yang penuh dengan tantangan baru, Sempat ada moment dimana setiap kelas ada saja yang menggemariku. Ini sungguh lucu.

Ketika memasuki masa SMA, kedua orangtuaku memutuskan aku untuk di ke pesantrenkan, dengan alasan mereka tak ingin aku nakal, mereka ingin aku menjadi ustadzah, menjadi anak yang solehah, menjadi tokoh dan penerus dikampungku. Namun pemikiranku saat itu masih sempit, aku mengira bahwa mereka tak sayang kepadaku, mereka sengaja membuangku ke pesantren. 

Masa SMPku tak pernah banyak cerita ke keluarga tentang bagaimana aku, keinginanku, masalahku, karena mereka tidak pernah mempertanyakan ini, yang mereka nilai hanya melihat dari keseharianku yang sering main keluar dan menjudge kalo aku nakal. sehingga pada akhirnya dimasukanlah aku ke pedantren. 

Aku sangat sering mengalami tekanan batin di pesantren, aku sering jatuh sakit dan mengalami baanyak berbagai penyakit, hingga suatu ketika aku mengalami jatuh sakit yang tidak ada harapan lagi, sakit yang sangat parah. 

Di pesantren aku juga pernah disakiti oleh salahsatu perempuan, gara-gara seorang lelaki. Dan apa yang perempuan itu perlakukan kepadaku membuatku tenggelam kepada rasa sakit yang sangat dalam, hingga aku merasa sangat terpuruk di pesantren, dan aku sangat benci sama perempuan itu. Namun dibalik rasa sakit dan masalah yang slalu aku hadapi slalu ada saja seseorang yang dapat membuatku bangkit. 

Aku tetap merasa mempunyai bapa di pesantren, aku punya kyai yang baik hati, slalu mensuport aku hingga menyadarkanku. Dan seiring berjalannya waktu aku mulai sadar, bahwa dengan dimasukannya aku kepesantren, aku sadar itu adalah bukti sayang dan cinta kedua orangtua kepadaku. 

Saat itu aku sering menelpon dan sering menangis meminta maaf kepada mereka. Dan aku mulai bermuhasabah, memperbaiki diri, dan mencari jati diriku yang sebenarnya, aku mulai banyak menjalin komunikasi baik dengan kedua orangtuaku, sehingga hubungan emosionalku dengan mereka sudah terjalin dengan baik. 

Aku merasakan cinta dan kasih mereka lewat perkataan dan perbuatan mereka, bagaimana mereka memberikan apa yang aku inginkan, datang dan merawat ketika aku jatuh sakit dipesantren, aku berfikir mungkin dengan cara sakit ini aku bisa merasakan kasih mereka yang begitu besar pedulinya terhadapku. Aku dipesantren menjadi orang yang baik, pendiam, namun dengan mudah bisa membuka komunikasi dan hidup berorganisasi dengan yang lain. Aku rasa kehidupanku sudah mulai tentram.

Memasuki masa kuliah, aku mulai bertanya kembali siapa aku sebenarnya?? Dan aku mempunyai target-target hidup yang harus aku gapai.

Aku mulai dikenal banyak orang, dan mulai popular. Aku menjadi seorang periang, aku mulai membuka kehidupan baru dengan menjadi aktivis kampus, aku si pemberani, aku si percaya diri, aku si cerdas dan aku si perempuan paling beruntung. 

Aku ingin bebas mengepresikan hidupku dimasa kuliah, aku ingin banyak wawasan, aku ingin bebas dari kekangan, aku ingin banyak teman, aku harus comloud, aku harus banyak prestasi, aku harus berorganisasi kembali. 

Dan ibuku sangat mendukung penuh atas semua cita-cita dan harapanku. Beliau mulai membebaskanku, karena ia sudah faham bahwa aku sudah bisa menjaga diri dengan baik. 

Dahulu, ketika aku sempat benci terhadap kekangangan kedua orangtuaku, sekarang aku sangat menyayangi Ayah dan Ibuku, aku mulai merasakan kehangantan dan kasih sayang mereka, aku mulai tidak ingin jauh-jauh dari mereka, aku ingin sekali membahagiakan mereka se segera mungkin. Aku saangat sayang mereka karena mereka mulai mendukung cita-citaku.

Namuunn....................selalu ada saja orang yang membuatku tidak nyaman, kakak ku, ia sangat overprotektif, melarang-larang aku untuk tidak berorganisasi, menuduh aku anak yang bandel, tidak tahu diri, tidak menyayangi orangtua, seolah mindset dia aku itu harus sama dengan dirinya. 

Aku tidak boleh banyak tingkah, cukup belajar dikampus, tidak bolehenjadi aktivis jalanan yang ikut demo gak jelas, aku itu harus kerja, aku harus mandiri. Dan itu merupakan cambukan untuk diriku, namun cambukan itu membuatku masih tetap terus ingin membuktikan bahwa aku bisa berprestasi dan membuat sejarah hingga aku dikenal. 

Namun ketika aku sudah bisa membuktikan itu semua, kakaku tetap saja tidak mendukung apa yang aku inginkan, sampai suatu ketika aku melamun sendiri dan bingung apa yang mesti aku perbuat selanjutnya, karena seringnya aku diberi nasihat buruk dari kaka sehingga membuat hati ini sakit, sampai hari ini dampaknya aku melihat kaka sendiri itu takut, berhadapan dengannya selalu penuh dengan kecemasan, Hingga aku tak pernah ingin membuka komunikasi lagi, aku sering mengalah, aku lebih baik diam, aku lebih baik dipandang salah oleh dia, aku kecewa berat, sakit hati yang sangat dalam, sering aku melamun sendiri, nangis sendiri, mengurung dikamar sendiri. 

Namun disisi lain aku masih punya kawan-kawan yang selalu mensuport aku, aku bahagia bisa berhimpun dan hidup dalam lingkungan organisasi, yang rasa kekeluargaan itu sangat kuat, ikatan emosional yang terjalin lebih dari sekedar teman benar-benar aku rasakan. Aku bahagia punya mereka yang selaku mensuport dan membimbingku kemanapun aku melangkah.

Di masa kuliahpun aku mulai mengenal lelaki, mulai ada yang menyukaiku,namun aku selalu berusaha selektif dalam memilih pasangan hidup. 

Aku mulai memantaskan diri dan serius mencari lelaki yang layak untuk menjadi pendamping hidupku. Kau tau sendiri, dua lelaki yang sempat aku ceritakan kepadamu yang menjadi mantanku. Maaf aku tak sempat cerita satu lagi, mungkin ini saatnya aku membuka diri segala hal tentang diriku kepadamu, sebetulnya aku malas dan tak ingin menceritakan ini kepadamu, tapi ada salahsatu penyakit yang membuat diriku menjadi seperti ini, yang terkadang aku sendiri tak faham apa yang aku rasakan dan yang aku perbuat. 

Yaa...ini pengalaman pahitku dalam menjalin asmara, ada lelaki yang memberi harapan lebih terhadapku dan keluargaku, bahkan aku merasa yakin bahwa ia akan benar-benar menikahiku diwaktu yang sudah ia rencanakan, namun ditengah perjalanan kami menjalani taaruf, dia sendiri yang mematahkan harapan, ia yang berniat menikahiku dengan segera.

Ia sendiri yang berselingkuh dan bermain dengan wanita lain diluar sana dengan mengatakan hal yang sama bahwa ia juga akan menikahi wanita tersebut, sungguh kejadian itu membuat hatiku hancur berkeping-keping, hingga banyak sekali rasanya goresan-goresan luka yang tersimpan dalam memori alam bawah sadarku. 

Seperti perkataan "semua lelaki itu sama, bajingan, brengsek" dan ketika kata-kata itu aku ingat dan dengar kembali itu membuatku takut untuk memulai lagi, ragu, tidak yakin, itu sangat menghantui pikiranku.

Dan kali ini aku harus mulai jujur kepadamu, efek dari semua tekanan-tekanan hidup yang aku alami itu sangat berdampak dalam diriku. 

Aku mempunyaai penyakit yang keluarga sendiri tidak mengetahuinya penyakit ini. Aku cari tau sendiri penyakitku ini apa, hingga sering aku datang ke tempat-tempat ruqyah, aku sering relaxsasi, aku sering hipnoterapi sendiri,yah.. penyakitku ini bisa dibilang aneh,aku selalu sedih sendiri ga karuan, kadang datang tiba-tiba kenapa aku sedih, aku sering nangis sendiri tanpa sebab dan aku heran kenapa bisa seperti ini, kadang ditanya susah nyaut karena sedang ada sesuatu yang dipikirkan, aku sering berpikir sendri, aku sering tak sadarkan diri apakah ini diriku, aku sering heran terhadap sikapku sendiri, aku sering tak sadar ketika aku sudah berbuat sesuatu dan kenapa aku berbuat demikian,dan aku menjadi seorang yang pemikir berat. Hatiku sering gelisah tak karuan.aku sering sakit hati sendiri. 

Dan semua yang aku alami ini orangtuaku tidak tahu dan belum ada yang bisa mengertikan tentang hidupku.ketika aku pingsan orangtuaku hanya tau bahwa aku kelelahan.

Aku diluar memang seperti terliht tegar, tanpa masalah, aku tidak ingin menonjolkan kekuranganku, makanya aku selau simpan sendiri perasaanku ketika aku sedang merasakan fase fase itu.

Tak perlu aku jelaskan kembali perjalanan kita sampai bisa  ketemu dan kita sama-sama yakin untuk bisa bersama, mungkin kamu yang lebih faham, aku menyadari Tuhan mengirimkanmu untuku, untuk menyembuhkan luka dalamku, untuk menjadi seorang pemenang dalam hidupku, untuk membahagiakanku, untuk menyadarkanku bahwa tak selamanya lelaki itu brengsek, kamu membuatku sadar bahwa berharap kepada manusia itu adalah sakit, untuk membuktikan bahwa masih ada laki-laki baik yang mesti aku lihat dan aku nilai, untuk membuktikan bahwa kamu yang nanti pantas untuk menjadi pendamping hiduku selamanya. 

Dan aku percaya itu, sampai bentuk kepercayaanku aku berani mengistirahahkan kamu, berani bangkit kembali dari keterpurukan, berani berqur'an lagi, berani hijrah, berani menjadi pribadi yang lebih baik lagi, sampai sekarang aku masih berjuang melawan penyakitku, lukaku, janganlah kamu sekali-kali menyakitiku dengan caramu, aku mohon datanglah dengan sejuta kepastian dan kebahagiaan, jangan kau samakan dirimu dengan laki-laki lain diluar sana, jangan kau tanamkan kembali kata lelaki brengsek kedalam memoriku melawan segala rintangan untuk menjadi pemenang nanti ketika bersanding denganmu, bersamamu aku mempunyai mimpi yang kuat dan indah, kita bisa bersama-sama menuju ketakwaannya, kita bisa mempunyai anak yang soleh dan solehah, kita mampu menciptakan suasana yang samara dan aku sangat menunggu-nunggu dan menghaarapkan itu semua. Aku ingin kamu menjadi pembasuh luka dihatiku.

Harapanku yang sederhana ini semoga bisa kamu terima dengan baik. 

Desember 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun