Peran tersebut karena Sunu Wasono telah dikenal sebagai penyair dan sastrawan yang mampu memberikan perspektif bahwa sastra horor memiliki hak untuk eksis dan tidak bisa dilarang. Pandangan tersebut membuka diskusi mengenai tentang legitimasi dan penerimaan genre sastra horor dalam ranah sastra akademis dan publik.
Kegiatan forum juga menyoroti bahwa sastra horor sangat seringkali dianggap sebagai genre yang hanya menonjolkan unsur menakutkan. Padahal jika mau digali lebih dalam sedikit saja akan ada banyak potensi positif yang dapat dihasilkan. Secara contoh sisi positif tersebut dari segi pembelajaran moral, pengembangan karakter, sampai refleksi sosial.Â
Pelaksanaan kegiatan oleh Literasi Kompasiana tidak hanya menjadi ajang yang berbagai pengetahuan dan perspektif tetapi turut pula memperkuat jariangan antara penulis, pembaca, dan pecinta sastra di Indonesia. Keberagaman pandangan dari para pembicara yang kompeten didalam bidang tersebut telah berhasil membuat forum tersebut memberi wawasan yang mendalam mengenai sastra horor. Walaupun demikian dalam penyampaian dapat tetap menghibur tetapi tetap memiliki manfaat dan makna yang sangat dalam.
Kegiatan forum tersebut juga benar-benar mampu menciptakan suasana yang hidup dengan dipenuhi dinamika. Belum lagi fasilitas interaksi dibuat seproduktif mungkin antara beberapa pihak yang terlibat. Dari awal acara kegiatan forum berlangsung para peserta disambut dengan atmosfer yang penuh antusiasme.Â
Hal tersebut dapat terlihat dari setiap sesi diskusi selalu dipenuhi oleh dialog yang intens dan mendalam yang memaparkan akan bagaimana sastra goror dapat menyentuh aspek yang luar biasa dari sekadar ketegangan dan kengerian semata. Para peserta juga akan merasakan kekuatan dari perspektif yang berbeda mulai dari analisis positif yang dipaparkan oleh Ni Made Sri Andayani hingga argumentasi yang mendalam dari Sunu Wasono mengenai hak eksistensi genre horor.
Di sesi utama yang dipaparkan oleh Yon Bayu Wahyono memberikan ulasan yang tajam dan reflektif mengenai evolusi sasta horor di Indonesia. Gaya penyampaian yang bersemangat mengenai bagaimana genre sastra tersebut berkembang.Â
Maka kini sastra horor tidak hanya sekadar hiburan tetapi telah menjadi medium yang mampu menghadapi berbagai isu sosial dan psikologis. Para peserta juga menyimpak dengan sangat seksama membuat merasa terinspirasi oleh penyampaian dari Yon yang mampu mengaitkan pengalaman pribadi dan profesionalnya terhadap perkembangan genre horor.Â
Diskusi yang dilakukan mampu membuka wawasan mengenai bagaimana sastra horor dapat digunakan untuk menyampaikan pesan yang relevan dan mendalam. Melalui diskusi tersebut akan mampu memperluas pandangan mengenai potensi genre sastra horor yang sering dianggap sebelah mata oleh pandangan masyarakat.
Sebagai forum yang interaktif membuat kegiatan tersebut sangat memungkinkan peserta untuk terlibat secara langsung dalam sesi tanya jawab. Keberagaman pandangan yang ditawarkan dari pembicara membuka peluang bagi audiens untuk mengeksplorasi terhadap sudut pandang dan mengekspresikan pendapatnya.Â
Para peserta akan mendapatkan kesempatan untuk melakukan tukar ide dengan para ahli dan sesama penulis untuk membangun koneksi yang dapat mendukung perkembangan karya di masa depan. diskusi yang terjadi selama forum menunjukanbetapa pentingnya dialog terbuka dalam membangun komunitas sastra yang inklusif dan inovatif di sastra horor.