Tren Work From Home (WFH) memang menjadi sebuah tren di dunia kerja semenjak pandemi Covid-19 muncul awal 2019. Semua sisi kehidupan pun terdampak dengan adanya Covid-19 tersebut. Mulai dari dunia pendidikan, sosial, dan pekerjaan semua berubah menyesuaikan kondisi pandemi tersebut.Â
Salah satu sektor yang paling berdampak adalah dunia pekerjaan. Karena adanya pembatasan pertemuan akhirnya banyak tempat kerja yang meminta karyawannya untuk bekerja dari rumah atau istilah kerennya Work From Home (WFH). Tren ini pun muncul dan dianggap lebih efektif karena memudahkan karyawan untuk bisa bekerja dari rumah.Â
Namun tidak semua orang yang bekerja bisa menikmati bekerja dari rumah. Salah satunya adalah saya.Â
Kebetulan saya bekerja di Rumah Tahanan atau Lembaga Pemasyarakatan. Karena pekerjaan tersebut tidak bisa dilakukan di rumah karena harus menjaga dan memastikan semuanya dalam keadaan aman.
Karena hal tersebut lah di kantor saya tidak pernah menerapkan WFH dan saya pun tidak pernah merasakannya. Karena pekerjaan saya tidak bisa dibawa pulang. Jadi mau tidak mau selama pandemi, saya dan teman-teman saya tetap datang ke kantor dan bekerja.
Ketika banyak teman-teman lain yang bisa bekerja di rumah, saya tetap harus tetap berangkat ke kantor setiap hari. Ya mau bagaimana lagi karena di tempat kerja saya tidak memungkinkan untuk dilakukan WFH.
Apalagi di masa pandemi tersebut masih banyak ketakutan dan kekhawatiran akan virus terseut. Tentu saja berangkat bekerja saya juga diliputi kekhawatiran karena masih bertemu dengan banyak orang.Â
Saya juga sempat terjangkit Covid waktu itu dan terpaksa tidak bekerja selama dua minggu karena harus menjalani karantina. Beruntung setelah melakukan karantina dan tes saya dinyatakan negatif Covid-19.Â
Mencoba menikmati meski kadang mengeluh di dalam hati
Kalau ditanya pengen nggak kerja di rumah atau WFH, ya jujur saja saya juga pengen merasakan bagaimana sih rasanya kerja dari rumah. Sepertinya mengasyikkan. Lebih santai dan tidak perlu berangkat ke kantor serta waktu bekerja pun bisa lebih fleksibel.Â
Namun sampai sekarang saya belum merasakan rasanya bekerja dari rumah. Ya sepertinya tidak pernah bisa karena tempat kerja saya memang tidak memungkinkan.
Jujur terkadang saya mengeluh dalam hati karena teman-teman yang lainnya bisa bekerja dari rumah sementara saya harus tetap bersiap-siap di pagi hari untuk berangkat ke kantor.Â
Namun perlahan saya mencoba menikmati bekerja di kantor ketika kebanyakan tempat kerja lainnya bisa menerapkan WFH. Ya karena terpaksa akhirnya bisa menerima dan terbiasa. Meski terkadang masih mengeluh dengan teman sekantor dan membandingkan dengan tempat kerja lainnya yang bisa menerapkan WFH.
Perlahan saya menyadari bahwa tempat kerja saya memang berbeda dengan yang lainnya. Ketika di tempat kerja lainnya bisa libur dan cuti bersama di tempat kerja saya berbeda. Bahkan di hari Raya pun saya tetap masuk kerja. Menyadari hal tersebut saya pun jadi lebih legowo dan memahami bahwa pekerjaan saya berbeda.Â
Di masa pandemi di Rutan atau Lapas tetap menerima layanan penitipan barang sebagai ganti ditiadakannya layanan kunjungan. Jika pegawai menerapkan WFH, lalu siapa yang melayani keluarga yang melakukan penitipan barang? Tentu tidak ada kan.
Seiring berjalannya waktu hal tersebut sudah terbiasa dan keinginan untuk WFH pun sudah saya lupakan. Rutinitas berangkat kerja di masa pandemi menjadi kenangan tersendiri. Saya menyadari bahwa itu sudah menjadi resiko pekerjaan yang harus saya hadapi. Karena setiap pekerjaan tidak ada yang sepenuhnya enak. Pasti ada enak dan tidak enaknya, jadi dinikmati saja. Anggap saja sebagai dinamika dalam dunia kerja.
Baik WFH maupun WFO ada plus minusnyaÂ
Meski saya belum pernah merasakan bekerja di rumah atau WFH namun berdasarkan artikel dan pengamatan, baik WFH atau WFO memiliki kelebihan dan kekurangan.Â
Seperi WFH misalnya meskipun waktu lebih fleksibel dan bekerja bisa lebbih santai, namun suasana rumah tentu berpengaruh pada produktivitas. Belum lagi jika ada gangguan dari luar seperti sinyal yang tidak stabil, dan gangguan lainnya yang bisa membuat kinerja tidak maksimal.Â
Bekerja dari rumah juga membuat kita lebih mudah tergoda untuk bermalas-malasan, sehingga kita pun bekerja seenaknya. Karena tidak ada atasan di rumah sehingga kita pun bisa leluasa. Bekerja di rumah juga membuat kita gampang bosan karena hanya melakukan aktivitas monoton.Â
Berbeda jika bekerja di kantor, kita bisa bertemu dengan banyak orang dan berinteraksi dengan mereka yang membuat kita bisa bersemangat lagi untuk bekerja.
Sedangkan bekerja di kantor atau WFO memang cenderung lebih kaku dan tidak bisa santai. Namun bekerja di kantor akan lebih memudahkan kita dalam berkoordinasi dengan atasan maupun rekan kerja jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.Â
Biasanya bekerja di kantor juga rentan stres. Apalagi jika memiliki atasan dan rekan kerja toxic, hal tersebut bisa memicu stres jika kita tidak bisa menghadapinya dengan baik.
Bekerja di rumah maupun bekerja di kantor memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang paling penting adalah bagaimana kita bekerja dan hasil dari pekerjaan kita. Bekerja dari rumah maupun dari kantor sama-sama bekerja. Untuk itu kita perlu memberikan usaha yang maksimal agar hasilnya juga maksimal.Â
Karena sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan, kita harus menikmati setiap proses dalam bekerja. Karena tidak ada pekerjaan yang sempurna. Di manapun kita bekerja pasti ada kekurangan dan kelebihannya. Anggap saja semua itu sebagai warna dalam dunia pekerjaan.Â
Meskipun saya belum pernah merasakan WFH, namun bekerja di kantor ketika pandemi berlangsung juga menjadi tantangan dan kenangan tersendiri. Hal tersebut tentu bisa menjadi pengalaman yang berkesan.Â
Baik WFH maupun WFO nikmati saja. Setidaknya kita memiliki pekerjaan. Suatu hal yang harus kita syukuri dan nikmati setiap hari.Â
Terima kasihÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H