Kisah para pemeran yang mengandung pesan
Jika melihat kehidupan Hwang Tae Young tentu kita akan berpikir bahwa kehidupannya sempurna. Ia merupakan pewaris dari grup Dosin yang kaya raya. Memiliki mobil mewah, rumah mewah, dan semuanya serba mewah. Namun apakah dia bisa hidup bahagia? Nyatanya tidak.Â
Ia merasa tidak menikmati apa yang dia miliki. Ia tidak bisa berbuat bebas untuk melakukan hal-hal yang disukainya. karena ia harus memenuhi semua perintah ayahnya. Mulai bertemu dengan para rekan bisnis, mengerjakan tugas dari ayahnya hingga makan malam bersama ayahnya. Bahkan ayahnya pun mengatur siapa yang pantas untuk menjadi temannya.Â
Hwang Tae Yeong memang memiliki segalanya namun ia tidak merasa bahagia. Karena kehidupannya diatur oleh orangtuanya terutama ayahnya. Ia harus patuh dan tunduk pada peraturan ayahnya.Â
Lee Seungcheon melihat kehidupan Hwang Tae Yeong sebagai kehidupan yang sempurna. Karena menjadi Hwang Tae Yeong yang kaya raya maka ia berpikir tidak akan kesulitan dan hidup dengan nyaman.Â
Sebaliknya Hwang Tae Yeong justru melihat kehidupan Lee Seungcheon sebagai kehidupan yang bebas. Di mana kehidupan itu tidak bisa ia jalani karena harus terikat dengan peraturan ayahnya.Â
Hwang Tae Yeong juga secara tersirat menginginkan kehidupan Lee Seungcheon di mana ia bisa bebas melakukan apapun tanpa ada yang melarang.Â
Dari sini kita bisa melihat bahwa tidak ada kehidupan yang sempurna. Entah itu ketika kaya maupun miskin semua memiliki cobaannya masing-masing. Ada enaknya dan ada tidak enaknya.Â
Kita bisa melihat bagaimana kehidupan Hwang Tae Yeong yang memiliki segalanya namun ia tidak bisa bahagia. Sedangkan Lee Seungcheon bermimpi jika menjadi Hwang Tae Yeong hidupnya akan bahagia.Â
Melalui drama ini kita akan diperlihatkan bahwa menjadi orang kaya itu tidak berarti hidup kita tanpa masalah. Kita bisa melihat kehidupan teman-teman Lee Seungcheon yang kaya raya namun nyatanya mereka juga merasa hampa dan tidak bahagia.Â
Seperti Park Janggun yang memiliki seorang ayah ringan tangan. Sehingga tidak segan memukulnya ketika ia berbuat kesalahan atau tidak memenuhi apa yang diinginkannya. Sedangkan Na Ju Hee justru ingin hidup menjadi orang biasa yang bisa memenuhi kehidupannya sendiri dan tidak ingin bergantung kepada orangtuanya.