Mungkin Anda bisa menghabiskan waktu di luar kantor dengan bersenang-senang. Namun ketika di kantor Anda akan merasa tertekan karena Anda menjadi orang yang tidak memiliki jiwa toleransi terhadap sesama.
Dengan kondisi tersebut apakah Anda siap dengan konsekuensinya dan bertahan di tempat kerja Anda?
Lalu bagaimana menyikapi fenomena quiet quitting ini?Â
Memang saat bekerja terkadang ada hal yang membuat kita merasa tidak betah dan ingin bekerja seadanya saja. Ingin pulang on time daripada menghabiskan waktu di kantor yang membuat kita menjadi lebih pusing.Â
Hal tersebut bisa disebabkan karena beberapa faktor. Di antaranya yaitu atasan yang kurang mengapresiasi pegawainya, tekan kerja yang toksik serta lingkungan kerja yang tidak mendukung sehingga membuat kita tidak betah.
Saya yakin beberapa dari kita pasti pernah mengalami hal ini. Merasa jenuh dan bosan dengan semua keadaan di kantor sehingga ingin cepat pulang saja.Â
Ketika sudah bekerja selama bertahun-tahun kita pasti pernah mengalami hal ini. Di mana motivasi untuk bekerja mengalami penurunan. Itu merupakan wajar saja dialami oleh orang yang bekerja.Â
Karena  saat bekerja ada saja hal yang terjadi. Setiap orang pasti pernah mengalami titik jenuh dan merasa bosan dengan pekerjaannya.Â
Hal ini bisa menimbulkan orang menerapkan quiet quitting di tempat kerja. Hanya bekerja untuk memenuhi kewajiban dan tidak ingin mengeluarkan tenaga ekstra jika tidak ada uang tambahan.Â
Quiet quitting ini bisa menimpa siapa saja di instansi mana pun baik di instansi pemerintah maupun swasta. Fenomena ini bisa saja terjadi pada pegawai tanpa pandang bulu.Â
Jika banyak pegawai yang menimpa quiet quitting ini maka siapa yang dirugikan. Tentu saja instansi atau perusahaan tempat mereka bekerja. Karena pegawai tidak ada usaha maksimal untuk menyelesaikan pekerjaannya.Â