Quiet quitting merupakan istilah baru yang akhir-akhir ini muncul di generasi milenial. Sebagian dari kita tentu sudah tahu dengan istilah quiet quitting.Â
Mengutip dari suara.com, yang diambil dari Wall Street Journal menganggap istilah quiet quitting adalah tidak menganggap pekerjaan Anda terlalu serius. Ungkapan ini semakin populer karena banyak pemuda yang menolak bekerja lebih dari yang menjadi tanggung jawabnya.Â
Jadi mereka yang menerapkan quiet quitting ini bekerja dengan minimum dan tidak mau mengeluarkan tenaga ekstra untuk melakukan pekerjannya. Dia hanya bekerja sesuai dengan jam yang telah ditentukan.Â
Fenomena ini tentu bukanlah hal yang bisa dianggap sepele. Karena hal ini akan mempengaruhi kualitas kerja kita di tempat kerja.Â
Katanya fenomena quiet quitting ini muncul agar bisa tercipta worklife balance atau keseimbangan antara dunia kerja dengan dunia di luar pekerjaan.Â
Quiet quitting dianggap sebagai cara untuk bisa menerapkan work life balance. Karena dengan bekerja ala kadarnya dalam hal ini adalah sesuai dengan jam kerja dan sesuai dengan gaji yang diterimanya.Â
Sehingga, mereka yang menerapkan quiet quitting bisa memiliki waktu yang cukup untuk kehidupan di luar pekerjaan.Â
Memang tidak ada salahnya menerapkan quiet quitting ini dalam dunia kerja. Namun jika Anda menerapkan ini kalian juga harus siap dengan konsekuensinya. Setiap pilihan pasti ada konsekuensinya.
Salah satunya konsekuensinya apakah anda bisa bertahan dengan menerapkan pola quiet quitting ini?Â
Jika Anda menerapkan quiet quitting ini tentu saja Anda menjadi pusat perhatian. Tidak hanya dari atasan tetapi juga rekan kerja lainnya.Â