Dari drama ini kita mengenal penyakit mental yang disebut ripley syndrome. Ini merupakan suatu gangguan psikologis dimana seseorang terus berbohong dan mempercayai kebohongan tersebut sebagai bentuk kebenaran nyata.Â
Setelah ayahnya meninggal Yoomi memutuskan untuk bekerja di perusahaan mode milik Lee Anna (Jung Eun Chae). Seorang anak konglomerat yang egois dan suka bersikap seenaknya. Yoomi juga harus menghadapi ayah Anna yang bersikap dingin dan kasar terhadapnya.Â
Kemarahan Yoomi memuncak ketika ia tidak diberikan izin untuk cuti. Ia kemudian pergi dengan membawa semua barangnya dan juga membawa berkas dari Lee Anna yaitu ijazah dan passport.Â
Suatu hari ia mendapat surat dari pengadilan jika ia diizinkan untuk mengubah namanya menjadi Lee Anna. Kehidupan sebagai Lee Anna pun berawal di sini.Â
Dengan memanfaatkan passport dan ijazah yang ia bawa dari Lee Anna yang asli, dia pun mulai melamar di universitas untuk mengajar sebagai profesor. Kelihaiannya dalam berbohong membuat ia bisa diterima untuk mengajar.Â
Kebohongan demi kebohongan pun ia lakukan. Bahkan ia menyewa orangtua untuk menghadiri pesta pernikahannya dengan Choi Ji hoon (Kim Jun Han). Ia pun hidup dalam kebohongan sebagai Lee Anna.Â
Di luar ia terlihat sebagai sosok yang sempurna. Menjadi istri dari calon wali kota, sebagai profesor yang disegani dan berkharisma. Padahal semua yang ia lakukan adalah kebohongan.Â
Lee Yoomi menjalani kehidupan sebagai Lee Anna. Ia berusaha menjalani kehidupan sebagai Lee Anna tersebut tanpa merasa bersalah dan meyakininya.Â
Ripley syndrome yang diderita oleh Lee Yoomi membuat ia percaya dengan kebohongan yang dia buat sendiri. Dia meyakini kebohongan tersebut sebagai kebenaran yang ia yakini. Dan ia bisa menjalani kehidupan sebagai orang lain tanpa merasa bersalah sedikit pun.Â
Melansir Kyunghee International College (KIC The Globe) yang saya kutip dari akurat.co penyebab utama dari sindrom Ripley adalah keinginan yang kuat untuk berprestasi/menang menghadapi masalah sosial dan struktural yang menghalangi untuk mencapai apa yang diinginkan dalam kenyataan. Mereka menderita kompleks inferioritas dan kerusakan karena ketidakmampuan untuk memenuhi harapan dan tekanan yang berlebihan.
Kekerasan fisik dan mental pada masa kanak-kanak atau kurangnya kasih sayang dari orangtua. Ketidakstabilan emosional yang berkepanjangan sejak masa kanak-kanak ini mendorong mereka untuk berbohong.