Teman Toksik, Siapa Bilang Enggak Bisa Produktif?Â
Berada dalam lingkungan kerja yang toksik seperti menggenggam bara api. Mau tidak mau, suka tidak suka, lingkaran yang terjadi seperti itu. Apalagi jika sudah menjadi budaya yang mendarah daging.
Jangan bersikap heroik untuk mengubah orang lain sementara untuk mengubah diri sendiri saja belum bisa? Selama masih membutuhkan penghasilan, maka harus besar penerimaan kita terhadap lingkaran ini.Â
Cobalah untuk membentuk circle yang lebih produktif. Berfokus pada nilai kebaikan dan kebenaran. Tanamkan didalam diri, jika bekerja itu berkarya. Berkarya bagian dari ibadah dalam bentuk penghambaan kepada Sang Pencipta. Lakukanlah yang terbaik dan terus berprestasi! Yakinilah didalam diri, kebaikan akan kembali kepada diri sendiri.Â
Jika kita sudah melakukan yang terbaik, tetapi masih saja menjadi bahan gosip bagi teman yang toksik, itu adalah pilihan mereka. Pilihan kita adalah melakukan yang terbaik kepada siapapun termasuk kepada teman yang toksik.Â
Secara persuasif, kita berusaha merangkul, menanamkan kasih, tapi masih belum tersentuh juga, sebaiknya tinggalkan. Karena circle ini jika dibiarkan terlalu lama dekat dengan diri, akan berdampak negatif.Â
Evaluasi dan masukkan didalam benak kita. Benang merah kebaikan dan keburukan kita dan teman yang toksik. Perubahan visioner apa yang bisa diambil hikmahnya? Jangan selalu menyalahkan teman yang toksik menjadi racun didalam diri.Â
Ambillah sisi positif untuk diri kita sendiri. Lambat laun, kita akan mengerti mengapa ada teman yang suka bergosip? Apa fungsi dan manfaatnya untuk kehidupan kita? Dari sini, kita akan lebih mawas, selektif dan berhati-hati terhadap manusia.Â
Salam,Â