Senandung Rindu untuk IbuÂ
(Titik Temu Kematian dan Kelahiran Jiwa)
Copyright CV Jejak, 2021
Penulis:Â
Sri Patmi
Â
ISBN: 978-623-338-091-1
ISBN: 978-623-338-090-4 (PDF)
Â
Editor:
Helsa Alvina
Penata Letak:Â
Tim CV Jejak
Â
Desain Sampul:Â
Meditation Art
Penerbit:
CV Jejak, anggota IKAPI
Penggalan Cerita ...Â
Ayam berkokok, jam beker berbunyi menunjukkan pukul 04.00 WIB. Jantung berdetak begitu cepat, memompa darah menuju ke seluruh sistem pembuluh darah. Pagi ini, cuaca dingin menusuk tulang. Terdengar suara gemertak gigi saling berbenturan menahan dinginnya udara. Badanku menggigil, kelenjar keringat bekerja memproduksi keringat secara berlebih. Sebuah hal yang sangat berlawanan, udara amat dingin.
Jendela belum tertutup rapat, entah berapa lama kubiarkan tubuhku ini menahan dinginnya malam. Setelah menghitung bulir -- bulir air hujan dan jemariku tak lelah menghitung taburan gemintang dalam malam. Aneh sekali. Kondisi jiwaku bagaikan diliputi oleh kecemasan neurotis yang terwujud dalam sebuah keadaan realistis. Hanya mampu kupendam dan tak kuasa mengungkapkannya.
Dari pagi hingga sore, langit diselimuti awan gelap disertai gemuruh petir. Seperti halnya berjalan bersama, ternyata alam pun demikian lara melihatku dalam nestapa. Malam begitu indah dengan gemerlap bintang yang membentuk sebuah susunan rasi. Namun, saat sang fajar mulai menyingsing menampakkan diri, terhalang oleh sekumpulan awan gelap yang membawa ribuan kubik uap air yang siap turun ke bumi menjadi hujan.
Pria itu menghampiriku, kemudian menempelkan tangannya dikeningku. Meletakkan termometer disela-sela ketiakku. Saat termometer bereaksi dan air raksa dalam tabung tersebut menyatakan nominal suhu tubuh. Segera pria itu mengambil dan melihat deretan angka -- angka dalam tabung kecil tersebut. Tanpa berbicara, pria itu menunjukkan angka yang tertera dalam termometer tersebut. Mataku terasa berkunang -- kunang dan kubiarkan bola mataku terbelalak melihat angka tersebut, kulihat angka yang cukup indah dalam perhitungan fengshui China, namun cukup mencemaskan untuk kondisi kesehatanku, tiga puluh derajat Celsius.
Salam,Â
Sri PatmiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H