Mohon tunggu...
Sri Patmi
Sri Patmi Mohon Tunggu... Penulis - Bagian Dari Sebuah Kehidupan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah Bagian dari Self Therapy www.sripatmi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Artikel Sri Patmi: Esensi Harkitnas 2021 dari Kalimat Bangkit! Kita Bangsa yang Tangguh

20 Mei 2021   11:22 Diperbarui: 20 Mei 2021   21:33 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berkah segala kehidupan yang telah diberikan oleh Illahi Robbi hingga kebangkitan dan kebangkitan terus digaungkan dipenjuru negeri. Selamat Hari Kebangkitan Nasional Tahun 2021. Peringatan 20 Mei ini sudah menjadi sesuatu yang melekat dalam jati diri bangsa.  


BANGKIT! KITA BANGSA YANG TANGGUH

113 Tahun Kebangkitan Nasional. Ketangguhan diri menjadi bangsa yang beradab bukan bangsa yang biadab. Selama 113 tahun menjaga nasionalisme,  rentang sepanjang ini menunjukkan ketangguhan mendasar untuk menghadapi tantangan kemajemukan, rentang keluasan geografis. Jangan sampai karakter sebagai bangsa yang tangguh pupus karena pandemi.

Semangat hadapi tantangan, karena kita adalah PEWARIS KETANGGUHAN BANGSA! 

Memasuki abad ke-2 ketangguhan bangsa Indonesia masih diuji dengan pandemi COVID-19. Babak ini bagaikan sebuah momok yang menakutkan peradaban manusia. Belum selesai satu masalah sudah muncul masalah lainnya. Virus satu bermutasi dengan virus lainnya, banjir corona melanda dunia. Beban bertubi-tubi menghujam manusia. 

Dengan segala keterpaksaan maupun kerelaan hati untuk menerima untuk terus beradaptasi dan berinovasi dengan dinamika yang ada mengingat belum ada solusi yang bersifat panasea terhadap masalah ini. Serangan terus berlanjut bukan hanya kesehatan, tetapi memberikan efek domino pada lini ekonomi, ketahanan pangan dan keamanan nasional. 

Berbagai upaya  dilakukan untuk menjaga kestabilan dengan berbagai strategi. Tentu kebijakan-kebijakan yang serba darurat seperti yang ditempuh dalam waktu dekat ini seperti peniadaan mudik dan PSBB tidak dapat memuaskan semua pihak secara sekaligus. Saat ini yang kita butuhkan kebesaran hati untuk memikirkan kebutuhan yang lebih besar yaitu KEUTUHAN BANGSA INDONESIA. Ketangguhan ditunjukkan dengan adanya sikap penerimaan yang besar demi kepentingan yang lebih besar. 

Keteladanan ini ditunjukkan oleh para pejuang Bangsa membangkitkan Indonesia mengesampingkan stereotip, etnosentrisme, primordialisme, dan sikap skeptis. Ditopang dengan ideologi bangsa ini yang begitu kuat, diri harus mengorganisir semangat jutaan pejuang yang terpisah jarak dan waktu untuk menghidupkan kembali kobaran api kebangsaan Indonesia. 

Jangan biarkan COVID-19 menggerogoti keutuhan bangsa yang tangguh ini untuk runtuh. Rumah terbaik kita adalah Indonesia yang makmur, damai dan sejahtera. Faktanya ditengah penderitaan panjang ini ibu pertiwi masih mengeluarkan berbagai pangan untuk menghidupi peradaban manusia. Ditengah banyaknya kepentingan yang harus diemban dengan berbagai pendekatan kesehatan diimbangi dengan ekpnomi. 

Perang ini yang tidak pernah kita sadari telah menggerus semangat kebersatuan Indonesia. 

Dimana krisis bukan lagi secara ekonomi, melainkan krisis komunikasi dan dapat mengganggu mentalitas manusia dalam menghadapi COVID-19. Hal yang digerogoti lainnya adalah keamanan nasional. Dimana ketangguhan para TNI diuji secara tidak langsung. Bagaimana tidak? Mosi ketidakpercayaan muncul dimana-mana, satu sama lain saling tuduh, baru-baru ini saja sudah ada beberapa WNA yang dibiarkan masuk ke Indonesia untuk kepentingan lainnya. Aksi saling tuding dan saling menyalahkan telah membangkitkan kobaran api perpecahan Rakyat terhadap pimpinannnya. 

Ancaman hibrida ini harus ditanggulangi dengan baik oleh segenap masyarakat, pemerintah, stakeholders, aparat TNI guna menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Perisai harus dipersiapkan sebelum ancaman hibrida ini semakin menghabisi tulang-tulang Indonesia yang kokoh. 

Gencarnya serangan melalui dunia maya seakan tidak dapat dibendung, karena masyarakat yang KATANYA MASYARAKAT INFORMASI justru belum siap untuk menerima predikat itu. Mau tidak mau, suka tidak suka, harus ada penanggulangan terhadap kegiatan negatif yang muncul di dunia maya berupa hatespeech dan sophistry. Kita semua tidak dapat memungkiri, penyebaran pesan secara masif belum dapat disikapi secara bijak. 

Kaidah dan etika berkomunikasi diabaikan yang penting mendapaykan konten tak peduli lagi faedah apalagi kaidah? Inilah perang yang sesungguhnya lebih mengerikan. Bambu runcing bukan lagi simbol kekuatan dan kebanggaan yang diletakkan di pundak atau pilar di rumah kita yang kokoh berdiri. Gawai menjadi kekuatan untuk menjajah negeri sendiri, saling serang satu sama lain demi kepentingan pribadi untuk mencapai sebuah tujuan yang fana. Sadari saja, ketika menjelang pemilu dan pilpres, BUZZER bermunculan dimana-mana menyebarkan hatespeech, hujatan dan fitnah demi sekeping koin. 

Jadi...

Sebenarnya apakah essensi tangguh yang diwariskan oleh para pejuang kemerdekaan sudah coba untuk ditanam dalam diri kita? 

Ayolah! 

Katanya generasi muda itu harta yang paling berharga yang dimiliki Bangsa Indonesia? Lalu dimana kebangkitan kita selaku muda-mudi yang dihidupi oleh negeri? Junjung kembali subtansial Boedi Oetomo cita-cita untuk memerdekakan cita-cita kemanusiaan, memajukan nusa bangsa, mewujudkan kehidupan bangsa yang terhormat dan bermartabat di mata dunia. 

Almamater dan jas yang dikenakan oleh Soekarno pada Bangsa ini bukan untuk hiasan dan pajangan, tapi untuk kita, generasi muda, melangkah dan maju dengan penuh kebanggaan membawa citra diri bangsa yang merdeka. 

Salam, 

Sri Patmi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun