Mohon tunggu...
Sri Patmi
Sri Patmi Mohon Tunggu... Penulis - Bagian Dari Sebuah Kehidupan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah Bagian dari Self Therapy www.sripatmi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjalanan Abdi Kehidupan Berbagi Kebahagiaan

13 Desember 2020   14:40 Diperbarui: 13 Desember 2020   14:50 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keteguhan dalam memegang prinsip dan kejujuran

Dalam jejak peristiwa yang tidak terekam. Ia pernah berseteru karena penyimpangan ketimpangan yang dilakukan oleh rekan kerjanya. Meski bersitegang, ia tetap mengajarkan sebuah nilai yang jauh lebih tinggi dibanding kebahagiaan untuk meraih kebahagiaan sementara waktu. Rekan kerjanya melengserkan banyak orang demi naik jabatan setaraf dan selevel dengan Pak Direktur. 

Ia menuturkan kebahagiaan yang diperoleh bersifat semu, tak ada nilai lebih selain hanya menjadi seorang pecundang kehidupan. Kehidupan ini terus bergerak, berjalan dengan siklus yang berulang. Kebahagiaan akan berganti kesedihan bila tak dicerna dengan cara yang baik. Nilai ini selalu tertanam dalam dirinya. Prinsip kebenaran untuk dijalankan.

Memberi, menyantuni dan berbagi dalam kondisi apapun

Kondisi COVID-19 dengan penghasilan yang kurang saat ini tak menghalangi tekad kuatnya untuk berbagi. Faktanya masih tersebar pamflet, sekolah gratis untuk siswa berprestasi, yatim/piatu dan kurang mampu. Yayasan dibawah naungan keluarganya berdiri sejak tahun 1999. Konflik tekanan batin tentunya sudah mendera ditengah gencatan ekonomi yang naik turun. 

Belum lagi sebagai pribadi manusia, ia juga memiliki keluarga. Banyak kepentingan perut yang menanti dari gajinya setiap bulan. Miris sekali, jika hanya sebagian saja yang diberikan, sisanya untuk maslahat banyak orang. Menyantuni para anak yatim melalui program pendidikan yang mencerdaskan. 

Bukan hanya sekedar disuapi saja menanti-nanti uang itu akan menghampiri mereka. Ia berpikiran, melalui pendidikan mereka akan menjadi manusia yang berguna untuk kehidupan minimal untuk dirinya sendiri. Sampai sekarang ia masih memberi sebagian besar penghasilannya kepada yayasan milik keluarganya. Meski ia sudah tidak berpenghasilan sama sekali. Ia tetap berbuat sebisa mungkin untuk menghidupi banyak orang. Bahagia untuk dirinya bukan sekedar bahagia semata karena dia menjadi penderma. 

Stigma seperti itu tak pernah melekat dalam dirinya. Ia hanya ingin menjadi sosok yang menyatu dengan jiwa, rohani dan nurani melalui jalur nilai kebaikan dari Tuhan. Konsep berbagi yang paling sederhana ia lakukan adalah mengabdikan dirinya kepada Tuhan. Segala yang ada di alam ini adalah milik-Nya, sudah selayaknya ia memberi persembahan terbaik kepada makhluk ciptaan-Nya dengan cara sederhana seperti alam. Jika lapar ya makan, jika haus ya minum, ambil seperlunya dibutuhkan saja, bukan untuk mengeruk alam untuk meraih keuntungan diri semata.

Berkat pengabdiannya kepada kehidupan ini, harfiahnya kebahagiaan itu selalu melekat dalam dirinya. Semenjak ia sudah tidak bekerja. Pak Direktur justru membuka usaha sendiri dengan segala bekal ilmu yang ia miliki. Anak-anak lulusan dari yayasannya diberdayakan untuk membantu usahanya dengan upah yang lumayan. 

Meski gaji itu terkadang dikembalikan lagi kepada Pak Direktur, karena mereka membantu untuk menunjukkan sembah bakti atas segala kebaikannya selama ini. Nilai yang diajarkan oleh Pak Direktur tertanam dalam diri mereka, menular bahkan membelah diri menjadi banyak. Diusianya yang sudah memasuki senja, ia tetap berusaha mengabdikan dirinya pada kehidupan ini. Membagikan tenaga, ilmu dan harta bendanya untuk kebaikan alam.

Nilai ini yang sampai dengan saat ini masih melekat dalam diri saya. Bahkan ketika sudah tidak berada pada tempatnya bekerja, nama Pak Direktur masih terus melegenda. Menyatu dengan bagian-bagian yang terpisah. Ketika menyebut nama perusahaan ini, tentunya akan mengingat Pak Direktur. Semoga kisah ini menjadikan kita pribadi yang selalu mengabdikan diri pada nilai kebaikan dan kebenaran. Mengejar kebahagiaan untuk anak cucu kita nantinya. Sejatinya, berbagi kebahagiaan layaknya sebuah buih air samudera yang tak habis diambil sebagian uap airnya menjadi hujan. Jatuh lagi membasahi samudera yang luas ini. Aamiin.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun