Mohon tunggu...
Sri Patmi
Sri Patmi Mohon Tunggu... Penulis - Bagian Dari Sebuah Kehidupan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah Bagian dari Self Therapy www.sripatmi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pertemuan Penghujung Waktu

11 Desember 2020   20:30 Diperbarui: 11 Desember 2020   20:40 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku bukan milikmu. Dan dirimu bukan pula milik dirimu. Aku tak pernah memiliki dirimu. Dan dirimu tak juga dimiliki oleh siapapun. Maka aku ajarkan padamu agar memiliki sebuah jalan yang sama menuju sang Maha Kuasa, agar diperkenankan menyatukan takdir itu teruntal untuk kita. 

Hingga pada kehidupan selanjutnya, pada setiap siklus dan fase kehidupan, kita adalah sosok yang selalu menyatu pada yang Maha Kuasa dan tak pernah lagi mengulang kisah menyedihkan selain sebuah penyatuan untuk kita selamanya, dalam naungan kasih yang Maha Kuasa. Dan kita adalah pelengkap kenikmatan sebuah kisah dari sebuah takdir.

Jangan tanya rasaku yang terus mengulangi kehidupan demi kehidupan demi untuk menemukan dirimu dalam sebuah janji bekal keabadian. Bila keabadian itu sendiri tak pernah aku temui, maka takdir itupun bukan milik kita.

Jangan pernah tanya berapa sosok yang harus aku temui dalam setiap kehidupan untuk sekedar menemukan jawab akan keberadaan dirimu.

Masing-masing kita begitu tebal mengenakan topeng. Hingga kita sendiri lupa, dimana wajah asli kita. Betapa kagetnya kita saat ternyata kita adalah masing-masing diri yang ternyata mengenakan topeng. Paling tebal diantara begitu banyak topeng. Koleksi yang lebih kompleks dari pada tebalnya topeng itu sendiri.

Aku hanya minta padamu. Izinkan aku, bila ini sebuah kebenaran sejati, mempersembahkan diriku untuk menyatukan jiwa-jiwa kita yang begitu lelah mencari satu sama lain. Merajut penantian demi penantian untuk hanya sekedar menepati janji pada yang mahakuasa agar dapat menyatu sempurna.

Bila ini adalah sebuah kebohongan sempurna, mengapa pula rasa ini begitu nyata. Mengapa pula apa yang dilakukan jiwa begitu Nampak nyata pada raga kita. Mengapa pula ada cerita tentang kita.

Aku tak berhak menuntut hasil. Karena aku tak punya Kuasa pada hasil. Aku hanya tau bahwa kehidupan ini bukan milikku. Aku hanya butuh menjadi kehidupan itu sendiri agar aku bisa memilikimu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun