Nuria justru mewakili warga Sumedang mengucapkan terima kasih kepada para pedagang Tahu Sumedang diluar kota kelahirannya ini. Mereka telah membantu melestarikan dan menjaga warisan budaya yang berakar kemana-mana.Â
Bahkan secara tidak langsung mereka membantu mempromosikan warisan ini dari mulut ke mulut (word of mouth). Ia pun bersyukur, Tahu Sumedang ini mampu mendongkrak sektoral perekonomian di Sumedang.Â
Pemberdayaan masyarakat pada sektoral wisata kuliner. Selain dari sudut padang perekonomian, tahu ini juga memenuhi kebutuhan gizi dan menyehatkan untuk dikonsumsi.
Proses pembuatannya sendiri dilakukan secara tradisional. Proses fermentasi diawali dengan pemilihan bahan baku yang berkualitas. Dijaga hingga proses pematangan bahkan distribusi kepada penjual tahu umumnya.Â
Harganya yang murah dan nutria sehat untuk tubuh kita membuat tahu ini semakin menjadi idola bagi Masyarakat Indonesia. Wadahnya sendiri unik dengan anyaman bambu/bungseng berisi 25 pcs s/d 100 pcs tahu didalamnya.Â
Nama Tahu Sumedang yang populer adalah Boga Rasa, Simpang Sari, Hade Rasa, Saluyu dan lain-lain.
Sekeranjang bambu sudah habis dilahap. Nuria mengajakku untuk beristirahat di rumah singgah yang telah dia sediakan. Disini, kami melewati gapura selamat datang di Kota Sumedang. Tertulis jelas kalimat "Wilujeung Sumping di Sumedang, Kota Tahu".
Sebelum sampai disini, saya sudah mengetahui viralnya gapura didepan mata saya saat ini. Gapura ini menjadi sorotan tersendiri karena dianggap kurang representatif.Â
Kami justru satu persepsi dan memandang dengan cara yang berbeda. Dimana kami melihat gapura ini tetap memberi sentuhan berbeda yaitu menjunjung nilai warisan budaya dalam perspektif tak hanya kasat mata.Â
Nilai keluhuran dan kemuliaan yang tersampaikan dari hati para netizen. Mereka semua angkat bicara dan peduli terhadap perubahan signifikan terhadap Kota Sumedang itu sendiri. Jauh di lubuk hati Masyarakat Indonesia sendiri, mereka tergerak untuk mendukung pemerintah setempat dalam menjaga kelestarian budaya.
Kami mengetahui kemuliaan wilayah tatar Sunda ini memiliki sejarah yang sangat panjang dan harus dihargai. Dilestarikan dari waktu ke waktu. Mengetahui, mengingat dan mengenang hari jadi kota ini 22 April 1578 ditetapkan dalam keputusan DPRD Nomor 1/KPTS/DPRD/SMD/1973 tanggal 8 Oktober 1973.Â