Mohon tunggu...
Sri murwati kumala dewi
Sri murwati kumala dewi Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Universitas Islam Nahdlatul Ulama Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Pendidikan Guru Sekolah Dasar👩‍🎓 Tahun akademik 2018/2019

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengatasi Masalah Pembelajaran dengan Menganalisis Karakter Peserta Didik Di Sekolah Dasar

3 November 2019   15:13 Diperbarui: 3 November 2019   15:19 2263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

ESSAY

Nama   : Sri Murwati Kumala Dewi

Nim     : 181330000302

Kelas   : 3 PGSD A2 UNIVERSITAS ISLAM NAHDHATUL ULAMA


PENDAHULUAN

  Menurut (Alfin: 2014) Dalam perencanaan pembelajaran sangat dibutuhkan kemampuan, keterampilan dan kejelian desainer pembelajaran untuk menganalisis situasi dan keadaan tertentu siswanya. Setiap siswa dan kelompok kelas memiliki karakter dan kemampuan yang berbeda, sehingga perlakuan yang sama terhadap semua siswa dan kelompok kelas justru akan mengakibatkan kurang maksimalnya proses pembelajaran. Oleh karenanya salah satu tahap penting dalam proses perencanaan pembelajaran yang penting adalah melakukan analisis karakteristik siswa.

Dimana karakteristik siswa di tingkat sekolah dasar itu berbeda dengan mereka yang berada pada tingkat sekolah menengah. Pola pikir, persepsi dan cara mengatasi masalah yang mereka tempuh sangat berbeda. Pada masa anak-anak kecenderungan untuk melakukan imitasi kepada seseorang yang di idolakan sangat besar. Sementara para remaja ingin sekali diakui eksistensi mereka sebagai manusia yang utuh, dewasa dan dapat menentukan jalan hidup sendiri. Masa kanak-kanak adalah masa bermain dan belajar.

Beban yang berat pada sekolah terkadang mengurangi hak-hak mereka untuk bermain. Sehingga yang terjadi mereka cenderung malas dan bosan pada saat belajar di dalam kelas, karena mereka menghadapi situasi pembelajaran yang nyaris sama. Oleh karenanya akan pentingnya melakukan analisis kemampuan awal siswa dari perkembangan usia, fisik, psikomotorik, akademik, dan sosial. Tahap ini dilakukan untuk menjamin bahwa program pembelajaran yang didesain sesuai dengan profil siswa yang akan menempuh proses pembelajaran.

PEMBAHASAN

Menurut (Dwi, 2018) Peran guru sangat penting dalam proses pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar yang berkualitas sehingga menghasilkan output yang berkualitas pula. Fakta bahwa masih banyak kendala di lapangan terkait dengan peran guru yang kompeten dan profesional. Masih banyak siswa yang belum dapat secara optimal menerapkan hasil pendidikan di sekolah ke dalam kehidupan nyata. Inilah yang perlu mendapat perhatian, agar guru sebagai ujung tombak keberhasilan tujuan pendidikan nasional yang dapat dicapai oleh siswa. Salah satunya adalah dengan mengetahui karakter dari masing-masing peserta didik di SD.

Menurut (Burhaein, 2017) Berdasarkan karakteristik anak usia sekolah dasar yang senang bermain, bergerak, mengelompok, dan praktik langsung. Oleh karena itu, berkaitan dengan aktifitas tersebut disesuaikan dengan pertumbuhan fisiknya dan perkembangan emosional anak. Bentuk aktifitas fisik disesuaikan dengan jenjang umurnya: periode umur 7-8 tahun (SD kelas 1 dan 2), periode umur 9 tahun (SD kelas 3), periode umur 10-11 tahun (kelas 4 dan 5), dan periode umur 12-13 tahun (kelas 6). Jenis karakteristik siswa adalah tingkat kecerdasan, gaya belajar, motivasi, dan sosiokultur. karakteristik siswa sebagai kualitas pribadi siswa dan menunjukkan kondisi siswa. Karakteristik siswa diyakini sebagai kemampuan khusus itu mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam mengikuti program. Karakteristik dibutuhkan oleh komponen pembelajaran lainnya seperti tujuan materi strategi dan evaluasi.

Ada beberapa karakteristik anak di usia sekolah dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat sekolah dasar. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaaan siswanya, maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan peserta didik. Anak sekolah dasar merupakan anak dengan kategori banyak mengalami perubahan yang sangat drastis baik mental maupun fisik. Usia anak sekolah dasar yang berkisaran antara 6-12 tahun memiliki beberapa jenis perkembangan yakni:

1. Perkembangan Fisik Siswa Sekoloah Dasar

Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode pranatal (dalam kandungan). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini Kuhlen dan Thompson mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu: Sistem syaraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi, Otot-otot  yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik, Kelenja Endokrin yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru seperti pada usia remaja berkemban perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis, Struktur Fisik atau Tubuh, yang melputi tinggi, berat, dan proporsi.

Karakteristik perkembangan fisik pada masa kanak-kanak
a.) Usia 0--5 tahun , Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil ditandai dengan anak mampu melakukan bermacam-macam gerakan dasar yang semakin baik, yaitu gerakan-gerakan berjalan, berlari, melompat dan meloncat, berjingkrak, melempar, menangkap, yang berhubungan dengan kekuatan yang lebih besar sebagai akibat pertumbuhan jaringan otot lebih besar. Selain itu perkembangan juga ditandai dengan pertumbuhan panjang kaki dan tangan secara proporsional. Perkembangan fisik padam asa anak juga ditandai dengan koordinasi gerak dan keseimbangan
berkembang dengan baik.

b.)  Usia 5-8 tahun, Pada tahap ini waktu perkembangan lebih lambat dibanding masa kanak-kanak, koordinasi mata berkembang dengan baik, masih belum mengembangkan otot-otot kecil, kesehatan umum relatif tidak stabil dan mudah sakit, rentan dan daya tahan kurang.

c.)  Usia 8-9 tahun, Terjadi perbaikan koordinasi tubuh, ketahanan tubuh bertambah, anak laki-laki cenderung menyukai aktivitas yang ada kontak fisik seperti berkelahi dan bergulat, koordinasi mata dan tangan lebih baik, sistem peredaran darah masih belum kuat, koordinasi otot dan syaraf masih kurang baik, dari segi psikologi anak perempuan lebih maju satu tahun dari lelaki.

d.) Usia 10-11 tahun, Kekuatan anak laki-laki lebih kuat dari perempuan, Kenaikan tekanan darah dan metabolisme yang tajam.  

e.) Perempuan mulai mengalami kematangan seksual (12 tahun), lelaki hanya 5% yang mencapai kematangan seksual.
2. Perkembangan Akademik Siswa Sekolah Dasar

Karakteristik perkembangan akademik ini dijelaskan dengan menggunakan tahap perkembangan kognitif menurut Piaget. Kemampuan akademik berkaitan dengan cara kerja otak. Adapun perkembangan kognitif itu meliputi:

a.) Tingkat sensori motor pada umur 0-2 tahun, Bayi lahir dengan reflek bawaan, dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang telah lebih kompleks. Pada masa ini anak belum mempunyai konsep tentang objek tetap. Iahan yang mengetahui hal-hal yang ditangkap oleh inderanya.  

b.) Tingkat praoperasional pada umur 2-7 tahun, Anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai (dilihat) dari dalam lingkungannya saja. Barupa dan menjelang akhir tahun ke-2 anak telah mengenal simbol dan nama:

-Anak dapat mengaitkan pengalaman yang telah ada di lingkungan bermainnya dengan pengalaman pribadinya.
- Anak belum memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang membutuhkan berikir "yang dapat di balik" (reversible). Pikiran mereka          bersifat ireversible.
- Anak belum mampu melihat dua aspek dari satu objek atau situasi sekaligus dan belum mampu bernalar (reasoning) secara induktif dan deduktif.  
- Anak bernalar secara tranduktif (dari khusus ke khusus), juga belum mampu membedakan antara fakta dan fantasi.
- Anak belum memiliki konsep ke kekalan (kuantitas, materi, luas, berat dan isi).  
- Menjelang tahap akhir ini, anak mampu member alasan mengenai apa yang mereka percayai. Anak dapat mengklasifikasikan objek kedalam kelompok yang hanya memiliki satu sifat tertentu dan telah mulai mengerti konsep yang konkrit.

c.) Tingkat operasional konkrit pada umur 7-11 tahun, Anak telah dapat mengetahui simbol-simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak, kecakapan kognitif anak adalah: Kombinasi vitas atau klasifikasi, Reversibelitas, Asosiativitas, Identitas, Seriasi.

3.) Perkembangan Psikomotorik Siswa Sekolah Dasar

Loree menyatakan bahwa ada dua macam perilaku psikomotorik utama yang bersifat universal harus dikuasai oleh setiap individu pada masa bayi atau awal masa kanak-kanaknya ialah berjalan (walking) dan memegang benda (prehension). Kedua jenis keterampilan psikomotorik ini merupakan basis bagi perkembangan keterampilan yang lebih kompleks seperti yang kita kenal dengan sebutan bermain (playing) dan bekerja (working). Sementara Gessel menjelaskan bahwa perilaku motorik itu meliputi gerakan tubuh, koordinasi, dan keahlian motorik khusus

 Dua prinsip perkembangan utama yang tampak dalam semua bentuk perilaku psikomotorik ialah bahwa perkembangan itu berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks, dan yang kasar dan global (gross bodily movements) kepada yang halus dan spesifik tetapi terkoordinasikan (finely coordinated movements).  

4.) Pekembangan sosial anak di sekolah dasar

tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi dua menjadi kelas rendah dan kelas atas. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-kelas tinggi sekolah dasar yang terdiri dari kelas empat, lima, dan enam. Di Indonesia, kisaran usia sekolah dasar berada di antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas atas sekitar 9 atau 10 tahun sampai 12 tahun.  usia 9-12 tahun memiliki ciri perkembangan sikap individualis sebagai tahap lanjut dari usia 6-9 tahun dengan cirri perkembangan sosial yang pesat. 

Pada tahapan ini anak atau siswa berupaya semakin ingin mengenal siapa dirinya dengan membandingkan dirinya dengan teman sebayanya.  Jika proses itu tanpa bimbingan, anak akan cenderung sukar beradaptasi dengan lingkungannya.  Untuk itulah sekolah memiliki tanggung jawab untuk menanggulanginya. Sekolah sebagai tempat terjadinya proses menumbuhkembangkan seluruh aspek siswa memiliki tugas dalam membantu perkembangan anak sekolah.

tugas-tugas perkembangan anak sekolah dasar diantaranya adalah:
    a. mengembangkan konsep-konsep yang perlu bagi kehidupan seharihari.
    b. mengembangkan kata hati, moralitas, dan suatu skala, nilai-nilai.
    c. mencapai kebebasan pribadi.
    d. mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan institusi-institusi sosial.

Tugas-tugas perkembangan yang tercapai pada masa kanak-kanak akhir dengan kisaran usia 6-13 tahun akan memiliki keterampilan. Keterampilan yang dicapai diantaranya social-help skills dan play skill. Social-help skills untuk membantu orang lain di rumah, di sekolah, dan di tempat bermain seperti membersihkan halaman, merapihkan meja dan kursi.  Ini akan menambah perasaan harga diri dan sebagai anak yang
berguna hingga menjadikan anak suka bekerja sama (bersifat kooperatif). Play skill terkait dengan kemampuan motorik seperti melempar,
menangkap, berlari, keseimbangan.  Anak yang terampil dapat membuat penyesuaian-penyesuaian yang lebih baik di sekolah dan di masyarakat.

Akhir masa kanak-kanak disebut gang age. Pada masa ini perkembangan sosial terjadi dengan cepat. Anak berubah dari self centered, yang egoistis, yang senang bertengkar menjadi anak yang kooperatif dan pandai menyesuaikan diri dengan kelompok. Mereka membuat kelompok atau geng dengan alasan dua atau tiga teman tidaklah cukup baginya.  Anak ingin bersama dengan kelompoknya, karena hanya dengan demikian terdapat cukup teman untuk bermain dengan jenis-jenis permainan yang dia gemari atau melakukan aktivitas lainnya untuk mendapatkan kegembiraan.  Dalam kelompoknya, secara bersama-sama anak-anak membuat sesuatu seperti mainan dari kayu, menonton bersamasama, melihat alam sekitar.

Biasanya mereka memiliki tempat berkumpul tertentu yang jauh dari jangkauan dan pengawasan orang tua.  Ketika terjadi pertentangan dengan orang tua, anak lebih cenderung menentang orang tuanya dan mengikuti kelompoknya. Dalam hubungan dengan kelompoknya anak belajar hidup dalam masyarakat, misalnya dalam hal bekerja sama dengan anak lain, menerima tanggung jawab, membela anak lain jikalau diperlakukan tidak adil, dan secara sportif menerima kekalahan. 

Tidak semua proses itu berjalan lancar.  Sebab ada kalanya anak mengalami kesulitan melakukannya, bahkan berbalik arah untuk melakukan tindakan yang merugikan dengan melakukan perilaku kenakalan. Beberapa sebab anak melakukan kenakalan diantaranya adalah:

a.) Tidak menghiraukan apa yang diharapkan dari mereka.
b.) Salah pengertian dari aturan yang ada.
c.) Mencoba orang-orang yang lebih berkuasa daripadanya (orang tua, guru).
d.) Adanya keinginan menunjukkan kebebasan.
e.) Ingin mendapat pujian dari teman-temannya. 

Beberapa macam perbuatan kenakalan anak:

a.) di rumah: bertengkar, berlaku kasar terhadap saudara-saudaranya, merusak milik orang lain, berdusta, mencomel.
b.) di sekolah: mencuri, menggangu, membolos, membuat keributan, berdusta, berkata kasar dan kotor, merusak benda-benda milik sekolah, bertengkar.  
Dari tahun ke tahun anak memiliki kecenderungan untuk lebih banyak melanggar peraturan-peraturan disebabkan oleh:
a.) makin kurang senangnya kepada solah dan guru-gurunya.
b.) merasa kurang disenangi dalam kelompok sebaya daripada diharapkannya.

Dengan peran guru sebagai mediator dan fasilitator, anak bergaul dan mendapat pengakuan dari anggota kelompoknya. Anak besar adalah anak yang berusia antara 6 sampai dengan 10 atau 12 tahun. Beberapa sifat sosial yang dimiliki anak besar sebagai hasil perkembangan dari usia 10 sampai 12 tahun:
a.) Baik laki-laki maupun perempuan menyenangi permainan yang terorganisir dan permainan yang aktif.
b.) Minat terhadap olahraga kompetitif meningkat.
c.) Membenci kegagalan atau kesalahan.
d.) Mudah bergembira, kondisi emosional tidak stabil.

PENUTUP
Mengapa penting melakukan analisis kemampuan awal siswa dari perkembangan usia, fisik, psikomotorik, akademik, dan sosial. Karena untuk
menjamin bahwa program pembelajaran yang didesain sesuai dengan profil siswa yang akan menempuh proses pembelajaran. Kita sebagai calon pendidik harus mengetahui bagaimana karakter peserta didik kita masing-masing, agar kita bisa tau peseta didik yang normal dan abnormal. Dengan begitu pendidik harus menindak lanjuti permasalahan seperti itu. Agar kita bisa tau bagaimana cara kita mengajar peserta didik yang normal maupun abnormal dan proses belajar mengajar bisa tercapai dengan maksimal sesuai dengan harapan.
 
DAFTAR PUSTAKA
Alfin, Jauharoti. 2014. Prosiding Halaqah Nasional Dan Seminar Internasional Pendidikan Islam. Surabaya: Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN           Sunan Ampel Surabaya.
Burhaein, Erick. 2017. Aktivitas Fisik Olahraga Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Siswa SD. Indonesian Journal Of Primary Education. Vol 1
(01) 51-58.
Dwi, Issufiah. 2018. The Implementyion Off Problem Based Learning Model Pbl On Teachers And Students Grade Five Elementary School In Surakarta
City. Scientific Journal Of Universitas Negeri Semarang. Vol 2 (03) 51-63.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun