Soal membersihkan seluruh ruangan kelas tidak perlu dibahas lagi, sebab urusan kebelet  mereka pun bu guru mestilah siaga membantu. Belum lagi membujuk yang sedang merajuk, membukakan pembungkus jajanan pun anak-anak kecil itu masih perlu dibantu. Pokoknya memang harus dobel-dobel sabar dan tenaga.
Sigap bu guru membersihkan ruangan, anak-anak diminta jangan masuk kelas dulu. Murid-murid perempuan rajin memperhatikan cara ibu gurunya menyapu, mungkin kagum, bu guru sungguh gesit gerakannya. Murid laki-laki bersikap masa bodo saja, saling kejar-kejaran, kalau bisa bu guru menyapunya jangan cepat selesai.
"Ayo, ayo masuk kelas, jangan ada yang berkeliaran lagi!" Dengan nafas memburu bu guru memberi intruksi. Anak-anak bergegas masuk, menuju bangku masing-masing. Semua melipat tangan di meja, menunggu perintah bu guru.
Persis di tengah-tengah kelas bu guru berdiri menyampaikan berita. Hari ini ia akan mengajarkan senam otak. Sebenarnya gerakan senam ini baru diketahui bu guru lewat channel youtube. Dikhususkan untuk usia menjelang separuh baya guna mencegah pikun. Menurutnya tidak masalah kalau diterapkan pada murid-muridnya. Tujuannya apalagi kalau bukan agar mereka bisa konsentrasi dalam belajar.
Sebenarnya bu guru juga belum hafal seluruh gerakannya. Bermodal nekat sembari berharap murid-muridnya belum pernah melihat, ia mulai memberi komando pada muridnya agar berbaris.
"Bu, kok nggak di halaman, kan sempit?" Seorang murid perempuan berambut pendek bertanya dengan berani.
"Ayo kita rapatkan saja meja dan bangkunya, nggak apa-apa kita mulai di kelas dulu!" Bu gurunya bertahan.
Sebenarnya alasan terpentingnya karena bu guru belum seberapa mahir. Ia takut dilihat oleh guru-guru  dan murid lainnya. Tentu aneh bila gerakannya tidak teratur dan berulang. Apalagi mengajar senam, biasanya tidak lebih dari delapan jenis gerakan yang diulang-ulang sampai selesai.
Murid-murid manut, sebentar gedubrakan mendorong-dorong meja kursi, beberapa detik kemudian mereka sudah bergembira ria mengikuti gerakan bu gurunya.
Senam otak tidak berpindah-pindah posisi kaki, hanya tangan kanan dan kiri dilatih berkoordinasi dengan serentak. Tetapi karena bu guru masih terbata gerakannya, alhasil gerakan tangannya juga masih tertukar-tukar.
Anak-anak tidak protes meskipun cuma dalam hati, Â manalah mereka tahu salah benarnya. Tetapi gerakan mereka jadi membingungkan sehingga bersenggolan dengan teman di sebelah. Suasana jadi agak sedikit gaduh. Bu guru masih lanjut memberi contoh gerakan-gerakan senam sambil sesekali meminta murid-murid untuk fokus.