Pagi yang gaduh
Bu guru yang mengajar pelajaran olahraga baru turun dari angkot. Murid-muridnya berhamburan berlari menuju gerbang sekolah, Â berebutan hendak bersalaman. Bu guru mengodekan tangan melarang mereka melampaui pembatas pagar. Mereka patuh, langsung berhenti, tak urung akhirnya mereka nyaris bertubrukan dan saling dorong.
Pemandangan itu terjadi setiap hari. Murid-murid menanti guru paling mungil bersuara cempreng itu di halaman sekolah. Guru-guru yang lain juga ada yang berbarengan datangnya, Â tetapi mereka disambut sekedarnya saja, Â berbeda dengan bu guru olahraga ini, semua antusias menantinya.
Lain halnya jika air pasang, Â anak-anak tidak ada yang berada di halaman. Sekolah yang berada di wilayah jalur pantai itu digenangi air setinggi betis anak-anak. Mereka cukup berdiri termangu menanti bu guru olahraga di teras kelas. Pesan bu guru, Â kalau ada yang berani melanggar bermain di halaman, dilarang ikut bermain kasti selama dua minggu.
Itu hukuman yang cukup berat menurut mereka. Apalah artinya hadir di sekolah kalau hanya jadi penonton sepanjang permainan? Lebih baik tidak hadir, Â pura-pura sakit, berkirim surat saja, Â itu lebih menyenangkan, daripada merasa diejek oleh tingkah teman-teman yang sedang kegirangan?
Anak-anak seperti berebut makanan, ingin bersalaman lebih dulu. Bukan masalah walau tangan bu gurunya bau, bekas memegang uang ongkos angkot tadi. Uang yang sudah berkelana dari puluhan, bahkan ratusan tangan itu, jelas berbau tidak enak.
Belum lagi kalau bu guru sempat singgah ke warung membeli beberapa keperluan dapur, bau bercampur-campur tidak mengurangi ketakziman mereka kala bersalaman. Ah, Â murid-murid kelas 1 SD, Â manalah hirau mengendus bebauan di tangan bu gurunya, Â bisa bersalaman saja mereka bahagianya bukan kepalang.
Bu guru menyambut tangan murid-muridnya sambil terus mengomentari penampilan mereka. Selalu ada yang kurang. Ada yang bajunya tidak disetrika, kukunya panjang dan jorok, gigi kurang bersih, ada pula yang terlihat seperti orang belum mandi.
Wajah-wajah polos itu tertawa-tawa saja sembari saling tunjuk teman-temannya. Sampai di rumah nanti dilaporkan pada mamak. Kalau mamak lupa atau tidak sempat membersihkan, tidak ada pilihan lain, bu guru akan melihat pemandangan yang nyaris sama keesokan harinya.
Bu guru olahraga tergopoh menuju kelas, Â meletakkan barang-barang bawaannya ke lemari di depan bagian sudut. Plastik berisi cabai, bawang, sayuran dan ikan, diletakkan di rak paling bawah. Sebelumnya tidak lupa, Â ia mengikat ujung plastik lebih kuat agar tidak meruarkan bau tak sedap. Terutama aroma amis ikan.
Bu guru menggamit sapu yang teronggok di samping lemari. Cekatan sekali tangannya merapikan meja kursi dan menyapu lantai. Diserahi menjadi wali kelas untuk anak kelas 1 SD, Â tentulah gurunya harus merangkap segala rupa pekerjaan guru sekaligus mamak bagi mereka.