Mohon tunggu...
Sri Mudani
Sri Mudani Mohon Tunggu... Seniman - hanya manusia biasa yang perlu banyak belajar dari kesalahan

Mahasiswi Ilmu Komunikasi, Semesta akan lebih indah bila di tuangkan dalam aksara, Temukan saya di wattpad : @itsririel Hobi : Membaca, Menulis dan Melukis

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Beberapa Pedagang Keluhkan Harga Naik Jelang Hari Raya Galungan dan Kuningan

9 Juni 2022   18:49 Diperbarui: 9 Juni 2022   23:14 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : dok pribadi penulis

Bali - Menjelang hari raya Galungan & Kuningan para pedagang di Pasar Buleleng Singaraja mengeluhkan harga barang yang semakin naik pada Rabu, 01/07/22. Hal tersebut dirasakan para pedagang sarana persembahyangan khususnya. Bukan hanya itu harga barang lain seperti bahan pokok turut melonjak naik bersamaan. Diwaktu-waktu seperti ini memang menjadi hal biasa,  karena ini merupakan kesempatan bagi para pedagang untuk meraup untung sebanyak-banyaknya.

Namun terlepas dari hal tersebut pedagang juga merasa khawatir akan tingginya harga yang terlalu tinggi. Kadang kala keadaan tersebut membuat para pembeli menggurangi konsumsi barang sehingga bisa saja mereka mengalami kerugian. Tak ayal ada beberapa pedagang yang terpaksa mematok harga standar demi mempertahankan pembeli. Ini dirasakan oleh salah satu pedagang sarana persembahyangan di Pasar Buleleng Singaraja.

"Sebagian yang beli itu langganan saya saja, kalau mematok harga yang terlalu tingga bisa-bisa tidak ada yang beli" kata Nengah Sunanti (49), salah satu pedagang Pisang di pasar tersebut pada Rabu, 1 Juni 2022

Di hari-hari biasanya ia merasa tidak terganggu dengan keadaan tersebut karena persaingan harga terbilang masih normal tidak seperti saat hari raya. Dirinya mengaku tidak enak hati dengan para langganan yang biasa membeli dagangannya. Apa lagi persaingan pasar seperti saat ini menjadi pertimbangan. Sehingga ia mau tak mau mematok harga standar untuk tetap mempertahankan pembeli.

Pisang yang pedagang lain jual sekitar Rp. 20.000 per sisirnya, ia tetap jual Rp. 10.000-15.000 per sisir. Isi setiap sisirnya sekitar 10-12 buah, dan ini termasuk murah jika dibandingkan dengan harga pasaran. Ia juga mengatakan harga tersebut tergantung dari jenis pisang yang di jual. Hal tersebut ia lakukan dengan alasan mencari untung sedikit dari pada menanggung rugi yang banyak karena pembeli beralih ke pedagang lain.

Ini juga merupakan taktik dagang yang bisa diterapakan agar dapat bertahan di kondisi krisis seperti saat ini. Ia juga tidak berani memasang harga terlalu tinggi takut pembeli akan kecewa karena ia biasa menjual dagangannya sesuai pasaran. Pada prinsipnya ia mencari untung sedikit jika dikumpulkan akan menjadi banyak. Namun ada saja pembeli yang menawar barangnya padahal sudah dipasang harga murah.

Bu Nengah juga mengatakan "Misal yang beli pisang borongan untuk hari raya saya kasih diskon harga, itu saja saya sudah untung banyak, yang harusnya Rp. 120.000 saya kasih Rp. 100.000"

Namun lain halnya dengan pedagang sarana persembahyangan yang mengaku senang karena bisa mendapatkan untung dua kali lipat dari hari-hari biasanya. Di hari yang sama salah satu pedagang bunga Luh Juli (38), mengatakan dirinya bersyukur bisa berjualan laris jelang hari raya seperti ini. Karena pada hari biasanya jarang mendapat keuntungan besar melihat pesaing dagangannya terbilang lumayan banyak di pasar Buleleng.

"Sebenarnya sulit juga kalau ada pembeli yang cerewet minta barang lebih banyak dengan harga biasa, saya beri sedikit kadang pembeli malah protes" ungkapnya

Cara pedagang mengatasi para pembeli yang tidak terima harganya dinaikkan yakni dengan melakukan negosiasi entah itu dengan cara membujuk para pembeli atau memberikan pemahaman harga barang yang memang selalu naik di waktu-waktu seperti ini, sehingga pembeli bisa maklum dengan hal tersebut. Kesulitan para pedagangan adalah saat meyakinkan pembeli bahwa harga sudah sesuai dengan kualitas barang.

Melihat harga bahan pokok juga ikut mengalami lonjakan harga disamping sarana persembahyangan. Disisi lain pembeli juga mengeluh dengan hal tersebut, bisa dikatakan keadaan ini menjadi dilema baru pasca pandemi. Tapi para pembeli mau tak mau harus memebeli barang tersebut untuk kebutuhan hari raya. Harga yang naik bukan hanya dipicu oleh hari raya, tapi juga ketersediaan barang di pasaran.

"Sudah biasa kalau hari raya Galungan begini, semua harga naik. Cabai sama minyak juga naik akhir-akhir ini. Tapi mau gimana lagi kan? Kita harus tetap beli karena kebutuhan buat hari raya nanti" ungkap Kadek Dian (18) salah satu pembeli pada Rabu, 1 Juni 2022

Sarana persembahyangan seperti bunga ia beli jauh-jauh hari untuk menghindari harga yang terlalu tinggi saat mendekati hari raya. Biasanya harganya makin mahal jika membeli pada H-1 sebelum hari raya. Kebimbangan yang sama juga dirasakan para pembeli lain, bagi mereka ini harus dijalani dengan tabah dan sabar.

Keadaan ini memang memberi sisi berbeda di dunia perdagangan, bagi sebagian pedagang ini merupakan kesempatan bagus untuk menjual dagangan agar lebih untung. Tapi tidak banyak dari mereka juga beranggapan mematok harga terlampau tinggi juga menjadi kedala bagi pelanggan setia mereka yang akan kecewa dengan hal tersebut. (ri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun