Mohon tunggu...
Sri Maryati
Sri Maryati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Mengalirkan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Penerapan Teknologi Retort untuk Usaha Masakan

17 Agustus 2024   15:40 Diperbarui: 18 Agustus 2024   21:29 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mesin retort, dikenal juga sebagai Autoclave atau sterilisasi, dipakai secara komersial untuk mensterilkan makanan sesudah dibungkus dalam tempat kedap udara

Sudah banyak produk mesin retort buatan dalam negeri yang berkualitas bagus. Antara lain produk Indah Mesin. Teknologi retort juga sangat berguna untuk membantu korban bencana alam. Bencana alam yang terjadi silih berganti di Indonesia membutuhkan solusi yang lebih efektif untuk melayani konsumsi makanan bagi para pengungsi.

Para korban dan petugas penyelamat mesti mendapat pasokan makanan yang cukup dengan menu yang enak dan tidak membosankan.

Jenis menu makanan yang umumnya didistribusikan ke daerah terdampak bencana kebanyakan adalah mie instan, biskuit, fresh food dan makanan kaleng. Keniscayaan penanganan kebutuhan logistik, utamanya makanan membutuhkan inovasi baru.

Beberapa contoh makanan berbasis olahan ternak yang telah dikembangkan dengan kemasan retort oleh BRIN dan Fakultas Peternakan UGM adalah rendang daging sapi, sate ambal, sate klathak, sosis kambing asap dan ayam kalasan.

Selain Lembaga penelitian di atas, kalangan industri juga telah menerapkan teknologi pengemasan retort yang menggunakan mesin sterilisasi makanan retort sterilizer yang memakai standar dan pedoman sterilisasi komersial, yang bisa mengawetkan makanan hingga 6-12 bulan dalam suhu ruang.

Proses sterilisasi dengan mesin mini menghasilkan suhu dan tekanan dalam retort mencapai 121 C, sehingga dapat memastikan semua mikroorganisme dalam produk makanan mati.

Pemenuhan gizi pada korban bencana di Indonesia saat ini masih bermasalah. Seperti masalah jenis makanan yang terlalu instan, makanan yang kadaluarsa, dan masalah higienitas dapur umum.

Badan penanggulangan bencana masih kesulitan menyediakan makanan gizi seimbang secara massal karena korban bencana jumlahnya bisa ribuan dalam lokasi pengungsian.

Pempek Retort milik Pempek Cek Molek yang tahan 1 tahun di luar kulkas.(Kompas.com/Krisda Tiofani)
Pempek Retort milik Pempek Cek Molek yang tahan 1 tahun di luar kulkas.(Kompas.com/Krisda Tiofani)

Kondisi geografis bangsa Indonesia yang sangat berpotensi dilanda bencana alam perlu fasilitas yang mampu memproduksi emergency food dengan kapasitas yang memadai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun