Mestinya warisan indigenous leluhur Sunda itu oleh generasi kini diartikulasikan dalam wujud kemajuan rekayasa atau teknologi perbenihan.
Ironisnya, hingga saat ini rakyat masih saja kesulitan memperoleh benih unggul. Bahkan, sebagian besar varietas benih dibandrol dengan harga yang tinggi karena merupakan barang impor.
Akibatnya, rakyat menanami lahan pekarangannya dengan benih asal-asalan. Hasil produksi tanaman pekarangan tidak bisa optimal. Begitu pula waktu berbuah atau masa panen kelewat panjang dan sering gagal berbuah karena cuaca ekstrim.
Mestinya kita belajar dari keberhasilan rakyat Tiongkok yang telah berhasil memanfaatkan setiap jengkal halaman rumahnya dengan tanaman jeruk. Jeruk itulah yang kini telah membanjiri pasar Indonesia dengan harga yang relatif lebih murah.
Melihat kondisi menyedihkan itu, mestinya strategi pembangunan pertanian pemerintahan mendatang adalah fokus terhadap usaha pemuliaan benih.Â
Dengan strategi itu, jalan ke arah kesejahteraan karena cukup pangan akan tercapai. Pemerintah pusat dan daerah harus segera membuat terobosan dan membenahi tempat atau balai-balai perbenihan.
Budaya pemuliaan benih juga harus dibangkitkan kembali di tengah masyarakat. Apalagi dinamika teknologi produksi benih di luar negeri berkembang sangat pesat. [SRIM ]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H